Masih Proses, Mohon Sabar...

Selasa, 31 Mei 2011

PKS: Anti NKRI dan Pancasila?

Apa yang Anda simpulkan jika ada orang bercirikan berikut ini? Dia seorang ustadz; lulusan pesantren; pernah kuliah di Timur Tengah; kerap berceramah agama; berjenggot; istrinya berjilbab lebar. Dan terakhir: memiliki nama Islami.

Kita menyebutnya anti Pancasila; tidak nasionalis; anti NKRI; anti kebhinekaan. Itulah yang dialami oleh umat Islam selama ini. Dan salah satu korbannya, seingat saya ialah Ustadz Hidayat Nur Wahid. Saat public ramai membicarakan nama beliau sebagai kandidat cawapres mendampingi SBY, banyak fitnah meghampirinya. Fitnah itu disebar melalui SMS ke berbagai pihak, termasuk menyebar di kalangan wartawan. Bunyi fitnah itu adalah agar SBY tidak memilih HNW sebagai cawapres karena dirinya adalah tokoh Wahabi dan Anti NKRI.  Menurut Ustadz Hidayat, , fitnah seperti ini bukan sekali ini saja dihembuskan, tapi sering terjadi dalam setiap pemilihan kepala daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Bahkan, jika kita masih ingat, saat ingin kembali maju sebagai ketua MPR periode 2009-2014, isu tak sedap tersebut juga kembali berhembus. “Kita harus memilih ketua MPR yang bisa menyelamatkan NKRI,” kata salah seorang calon.

Hingga akhirnya, PKS pun mengurungkan niat mencalonkan Ustadz Hidayat sebagai ketua MPR.  Sesaat setelah ketua MPR terpilih, Tifatul Sembiring yang saat itu masih sebagai presiden PKS, Taufiq Kiemas (TK). Namun, dia menegaskan bahwa paket HNW yang dirancang sejak awal tetap dalam komitmen NKRI.


"Tidak benar Pak Hidayat itu ancaman terhadap NKRI. Justru di masa kepemimpinan beliau lah sosialisasi UUD intensif disampaikan," kata Tifatul membantah opini yang berkembang seolah HNW dan PKS anti NKRI.

Selama ini memang masih saja ada pihak yang coba membenturkan antara Islam dan Pancasila. PKS, yang kental dengan warna Islam, menjadi korban dari propaganda tersebut.  Isu terorisme adalah salah satu pintu masuk bagi mereka untuk terus mengkampanyekan ini. Tapi, sebuah fakta sangat menarik saya peroleh di Bangka Barat. Disana, secara otentik saya melihat seorang ustadz yang tak sesuai dengan propaganda busuk di atas. Bukan Ustadz anti NKRI, tapi Pancasilais sekaligus nasionalis. Ustadz tersebut ialah Zuhri Muhammad Syazali, Lc, MA, kader PKS, yang sekarang menjadi bupati Bangka Barat.

Selama 3 hari saya menemani beliau berkunjung ke berbagai pelosok. Salah satu yang paling berkesan adalah saat kami mengunjungi komunitas Cina di Jebus. Untuk sampai disana, kami harus menyusuri hutan karet dan sawit. Hampir dua jam kami menempuh perjalanan. Sebagian besar warga Cina disana belum menikmati listrik. Selama ini, mereka mengandalkan diesel atau genset agar gelap tak menyelimuti mereka di malam hari.

Sambutan hangat mereka berikan ketika kami tiba, tepat pukul 20.30 WIB. Ramah tamah segera digelar. Ustadz Zuhri mendengar begitu banyak keluhan. “Belum ada pejabat yang datang kesini selain ustadz,” kata mereka. Antusiasme mereka begitu kentara. Keakraban tampak nyata diantara ustadz Zuhri dan mereka, ditingkahi kepulan asap rokok yang membubung di sekitar ruangan. Mereka pun tampil seadanya, tak dibuat-buat. Ada yang bercelana pajang, berkaos oblong, bahkan ada yang hanya bercelana pendek.

Di antara mereka ada yang bertato di tangannya dan memakai kalung di lehernya. Tapi sama sekali tak ada kecanggungan. Mereka begitu dekat, tak terpisahkan sekat ideologi dan status.

Mereka tak ragu berkeluh kesah kepada Ustadz Zuhri karena telah lama mendengar kepribadian sang ustadz. Masyarakat Bangka Barat mengenal ustadz Zuhri sebaga sosok yang sederhana, jujur, merakyat dan peduli kepada semua lapisan masyarakat. Tak pilih kasih dalam memberikan perhatian dan bantuan. Sosok yang mau merangkul semua etnis kelompok dan agama. “Kami percaya Ustadz,” kata mereka.

Berbeda dengan gambaran media massa bahwa ustadz itu antipluralitas, “radikal”, “fundamentalis”; ternyata saya sama sekali tak menemukan itu semua pada sosok Ustadz Zuhri. Dan saya ulang sekali lagi, sesungguhnya teramat banyak pribadi semacam ustadz Zuhri di negeri ini. Ustadz yang toleran, merangkul semua kelompok, ramah, lemah lembut, jujur dan merakyat. Bukan seperti opini yang coba dibentuk oleh media massa bahwa ustadz itu anti NKRI, anti Pancasila, , antipluralitas, dan sebagainya.

Selama ini, mohon maaf, seolah tokoh Islam yang pluralis, nasionalis, demokratis dan Pancasilais hanya dimiliki almarhum Gus Dur. Hingga Presiden SBY pun harus menggelarinya Bapak Pluralisme. Cucu KH Hasyim Asy’ari itu tentu saja tidak salah karena ia hanya “korban” dari kelompok yang berkepentingan dengan agenda pluralisme, liberalisme dan sekularisme.

Fenomena Ustadz Zuhri juga membuat saya teringat dengan lontaran pernyataan Mohammad Natsir tentang keterkaitan Islam dan Pancasila.”Di mata seorang muslim, perumusan Pancasila bukan kelihatan sebagai satu ‘barang asing’ yang berlawanan dengan ajaran Qur’an. Ia melihat didalamnya satu pencerminan dari sebagian yang ada pada sisinya,” tulis Natsir dalam buknya Capita Selecta.
 
Dengan nada retoris, Natsir bertanya saat berpidato pada acara Nuzulul Qur’an di Istana Negara, Mei 1973. Tanya Natsir:
  1. Bagaimana mungkin ajaran al-Qur’an yang memancarkan tauhid dapat apriori (bertentangan) dengan ide Ketuhanan Yang Maha Esa? 
  2. Bagaimana mungkin ajaran al-Qur’an yang ajaran-ajarannya penuh dengan kewajiban menegakkan ‘ijtima’iyah bisa apriori (bertentangan) dengan keadilan sosial? 
  3. Bagaimanana mungkin ajaran al-Qur’an yang justru memberantas feodal dan pemerintahan sewenang-wenang, serta meletakkan dasar musyawarah dalam susunan pemerintahan, dapat apriori (bertentangan) dengan apa yang dinamakan Kedaulatan Rakyat? 
  4.  Bagaimana mungkin ajaran al-Qur’an yang menegakkan istilah islahu bainan naas sebagai dasar-dasar pokok yang harus ditegakkan umat Islam, dapat apriori (bertentangan) dengan apa yang disebut Perikemanusiaan? 
  5.  Bagaimana mungkin ajaran al-Qur’an yang mengakui adanya bangsa-bangsa dan meletakkan dasar yang sehat bagi kebangsaan, dapat apriori (bertentangan) dengan Kebangsaan?
Pertanyaan retoris Natsir telah dijawab oleh Ustadz Zuhri dan ustadz-ustadz lainnya di pelosok nusantara. Mereka beraqidah kuat sesuai sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Mereka menghormati Hak Asasi Manusia sesuai dengan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Mereka menghargai kemajemukan sesuai sila Persatuan Indonesia. Mereka juga mampu berdemokrasi sesuai sila keempat Pancasila. Terakhir, mereka besikap jujur dan amanah; tidak korupsi agar keadilan sosial terwujud bagi seluruh rakyat Indonesia. Mereka inilah ustadz Pancasilais sekaligus nasionalis.

Bertolak belakang dengan mereka, para tokoh yang mengaku nasionalis dan Pancasilais. Mereka berkoar-koar peduli dengan rakyat dan menjaga keutuhan NKRI. Tapi korupsi jalan terus; kolusi tak pernah berhenti.

Pendapat M. Natsir berkelindan dengan Adian Husaini. Menurut Adian, Usaha untuk membenturkan Islam vis a vis Pancasila memang akan terus terjadi. Penafsiran Pancasila banyak diselewengkan seolah bertentangan dengan Islam. Padahal, keduanya tak saling bertentangan. Justru ideologi negara itu memberikan ruang bagi pelaksanaan syariat Islam.

Pada masa Orde Lama, kata Adian, Pancasila disalahtafsirkan dengan konsep nasional, agama, dan komunisme (Nasakom). "Lantaran mengakomodasi komunisme, konsep ini ditentang oleh umat Islam," katanya. Sementara pada era Orde Baru, rezim yang berkuasa menempatkan Pancasila sebagai pandangan alam (world of view). Konsep ini berlawanan dengan agama.

Adian berpendapat, umat dituntut merumuskan penafsiran yang sesuai dengan konsep yang ditawarkan para perumus Pancasila. Garis besarnya, antara lain, penafsiran yang tidak bias sekularisme dan liberalisme. "Jangan sampai Pancasila malah jadi penindas Islam."

Pernyataan M. Natsir dan Adian, juga  sangat ekuivalen dengan Ustadz Hilmi Aminuddin. Suatu saat, Ustadz Hilmi ditanya tentang pandangannya terhadap Pancasila. Beliau menjawab:

“Saya ingat benar yang bertanya waktu itu Jenderal Kiki Syachnakri, Ustadz bagaimana sikap PKS soal Pancasila? Saya bilang begini, pertanyaan Bapak ini dilatarbelakangi oleh Orde Baru, dimasa itu yang ditolak sebenarnya bukan Pancasilanya, bahkan non muslim pun menolak, yakni masalah tafsir tunggal soal Pancasila. Apalagi BP7 itu tafsirnya kejawen, kan gak boleh ada yang menafsirkan kesundaan, kejawen kek, tidak boleh seperti itu.

Biar saja Pancasila sebagai ideologi terbuka menjadi kesepakatan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Biarkan orang Islam menafsirkan Pancasila menurut versi Islam, biar orang Kristen, Hindu, Katolik sesuai tafsirnya sendiri-sendiri, biarkan PKS menafsirkan sendiri.

Tidak boleh ada penafsiran tunggal daerah tertentu atau agama tertentu, ini semacam common platform, rujukan bersama. Jadi yang ditentang waktu itu adalah soal tafsir tunggal Pancasila, dan Alhamdulillah sudah dihapus. Jadi Pancasila sekarang milik bersama, dulu Pancasila ada semacam dominasi suatu kelompok untuk menafsirkannya secara nasional. Sekarang sudah tidak ada lagi penafsiran sempit seperti itu. Ini penting, sehingga kerangka kebersamaan itu bisa ditopang oleh Pancasila.

Kalau ada tafsir tunggal lagi soal Pancasila dikemudian hari, saya jamin bakal ribut, pasti ribut. Wah para Jenderal itu mengacungkan jempol, benar Ustadz.”

Jika demikian, apakah masih ada diantara kita yang mengatakan bahwa umat Islam, PKS, dan  Ustadz adalah sosok yang anti NKRI dan tidak Pancasilais? Semoga di hari lahir Pancasila ini, tak ada lagi propaganda sesat semacam itu. 
 
Sumber : Islamedia

Demokrat Turun, PKS Dominan

Angka golput mencapai 38,1 persen.

Pemilihan umum (pemilu) legislatif dan pemilu presiden (pilpres) masih tiga tahun lagi. Namun demikian, sejumlah partai politik sudah melakukan konsolidasi untuk persiapan Pemilu 2014 mendatang. Ada yang sedang mempersiapkan pembentukan pengurus daerah (cabang maupun wilayah) bagi partai baru, pergantian pengurus lama melalui musyawarah daerah (musda, muscab, atau muswil), pembenahan internal, maupun pengaderan calon pemilih pada 2014 nanti. Semuanya dilakukan demi meningkatkan perolehan suara pada pemilu mendatang.

Berbagai persoalan yang saat ini dialami sejumlah partai politik memberi implikasi besar bagi parpol bersangkutan. Sebut saja, partai yang saat ini sedang berkuasa, yakni Demokrat, yang sedang dihadapkan kasus besar akibat dugaan penyuapan yang dilakukan oleh salah satu kadernya, Muhammad Nazaruddin. Nazaruddin dipecat dari jabatannya sebagai bendahara umum partai demokrat karena diduga terlibat dalam kasus proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang dan dugaan gratifikasi pada Sekjen MK, Janedjri M Ghaffar, sebesar 120 ribu dolar Singapura. Partai penguasa ini pada Pemilu 2009 silam menduduki posisi puncak dengan perolehan suara sebesar 22 persen dari total pemilih dan berhasil mengantarkan kader-kadernya menguasai parlemen.

Partai lainnya yang juga sempat tersangkut masalah adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setidaknya, ada dua kasus yang pernah melilit partai bernapaskan Islam ini, yakni kasus dengan salah seorang pendiri Partai Keadilan, Yusuf Supendi, dan kadernya yang duduk di DPR, yaitu Arifinto, kedapatan sedang asyik menyaksikan video porno.

Begitu juga sejumlah partai lainnya yang masih terlibat dalam persoalan internal partai seperti PPP dan PKB. Lalu, bagaimana dengan kesiapan partai tersebut dan partai baru seperti Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Nasional Republik (Nasrep), Partai Persatuan Nasional (PPN, hasil koalisi 12 parpol yang tidak lolos parliamentary threshold (PT), dan Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia (PKBI) yang didirikan Yenny Wahid dalam menghadapi Pemilu 2014 mendatang? Mampukah partai tersebut lolos dari jeratan PT yang berkisar antara 3-5 persen?

Lalu, bagaimana seandainya pemilu legislatif dilaksanakan pada 2011 ini? Ternyata hasilnya sungguh mengagetkan. Setidaknya, itu yang berhasil dihimpun Republika Online melalui jajak pendapat pemilih melalui situs www.republika.co.id. Polling diselenggarakan mulai Selasa (24/5) hingga Kamis (26/5) tentang pilihan mereka pada partai politik. Kemudian, polling ini dilengkapi pula dengan alasan masyarakat untuk memilih partai politik. Untuk jajak pendapat kedua ini, Republika Online  menyelenggarakan mulai Jumat (27/5) sampai Ahad (29/5) pukul 17.00 WIB.

Pada pekan sebelumnya (Senin-Ahad, 16-23 Mei), Republika Online juga menyelenggarakan jajak pendapat tentang kepercayaan rakyat pada parpol. Hasilnya, lebih 67,38 persen (440 orang dari 653 responden) menyatakan sudah tidak percaya lagi dengan parpol. Dan kurang dari tujuh persen yang masih menaruh harapan besar (tinggi) pada parpol untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat.

Lalu, bagaimana jika pemilu legislatif diselenggarakan pada tahun 2011 ini? Ternyata, responden Republika Online menyatakan akan memilih partai politik yang lebih amanah. Dan pada jajak pendapat kali ini, PKS, kendati sempat didera oleh perbuatan asusila kadernya yang menyaksikan video porno disaat rapat sedang berlangsung, masih mendapat tempat di hati responden. Partai yang dipimpin oleh Luthfi Ishaaq ini memperoleh dukungan sebesar 39,06 persen (816 responden) dari total pemilih sebanyak 2089 orang.

Dominasi Partai Demokrat dalam dua pemilu sebelumnya (2004 dan 2009), pada 'pemilu' ini hanya memperoleh suara sebanyak 7,08 persen (148 orang). Sebuah angka penurunan yang sangat menyesakkan. Kondisi ini tentunya harus menjadi perhatian partai berlambang bintang mercy ini untuk memperbaiki citra partainya sebelum pemilu sesungguhnya diselenggarakan.

Sedangkan partai lainnya, seperti PDIP hanya memperoleh 1,44 persen suara, Golkar (2,25 persen), PAN (3,26 persen), PKB (0,81 persen), PPP (1,77 persen), Hanura (0,29 persen), dan Gerindra (1,96 persen). Partai pendatang baru seperti Nasdem memperoleh dukungan sebesar 2,58 persen atau lebih banyak dibandingkan dengan suara Golkar, PDIP, dan partai-partai lainnya. Secara urutan, Nasdem menduduki posisi ketiga setelah PKS dan PAN.

Sementara itu, partai bentukan Tommy Soeharto, yakni Partai Nasional Republik (Nasrep), tampaknya harus lebih mematangkan diri lagi. Begitu juga dengan partai lainnya, seperti PKBI dan PPN. Sebab, 1,2 persen responden akan memilih selain partai-partai tersebut.

Golput

Satu hal yang harus menjadi perhatian pengurus parpol dan juga Komisi Pemilihan Umum (KPU) ialah mereka harus aktif mendorong keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu mendatang. Sebab, berdasarkan hasil polling ini, lebih dari 38 persen masyarakat memilih golput (tidak berpartisipasi, atau berpartisipasi namun abstain). Jumlah ini hampir setara dengan perolehan suara PKS. Untuk itulah, kondisi ini harus menjadi perhatian semua pihak agar masyarakat turut terlibat aktif dalam pemilu mendatang. Dan setidaknya, suara golput harus bisa dijadikan rujukan setiap parpol untuk memperoleh dukungan suara dengan menunjukkan visi, misi, citra, amanah, dan bertanggung jawab agar mereka percaya dengan parpol yang akan dipilih.

Sebab, alasan masyarakat memilih parpol ialah karena dilandasi oleh pengurus parpol yang amanah (40 persen), visi dan misi parpol (26,67 persen), figur atau tokoh parpol (7,27 persen), citra parpol (5,45 persen), uang (3,64 persen), janji parpol (1,21 persen), dan yang sekadar ikut-ikutan (1,21 persen).Sementara itu, faktor lainnya, yakni bukan karena alasan di atas ialah sebanyak 14,55 persen responden. Artinya, mereka memilih karena faktor lain yang bisa memberikan harapan positif bagi mereka.


Seandainya pemilu dilaksanakan pada 2011 ini, partai manakah yang akan Anda pilih?
-    Demokrat (7,08 persen, 148 orang)
-    PDIP (1,44 persen, 30 orang)
-    Golkar (2,25 persen, 47 orang)
-    PKS (39,06 persen, 816 orang)
-    PAN (3,26 persen, 68 orang)
-    PKB (0,81 persen, 17 orang)
-    PPP (1,77 persen, 37 orang)
-    Hanura (0,29 persen, 6 orang)
-    Gerindra (1,96 persen, 41 orang)
-    Nasdem (2,58 persen, 54 orang)
-    Nasrep (0,19 persen, 4 orang)
-    Lainnya (1,2 persen, 25 orang)
-    Golput (38,1 persen, 796 orang)

N = 2089 suara

Pukul 19.00, Jumat, 27 Mei 2011


"    Demokrat (148 orang) =12 persen
"    PDIP (30 orang) = 4 persen
"    Golkar (47 orang) = 2 persen
"    PKS (816 orang) = 63 persen
"    PAN (68 orang) = 5 persen
"    PKB (17 orang) = 1 persen
"    PPP (37 orang) = 3 persen
"    Hanura (6 orang) = 1 persen
"    Gerindra (41 orang) = 3 persen
"    Nasdem (54 orang) = 4 persen
"    Nasrep (4 orang) = 0 persen
"    Lainnya (25 orang) = 2 persen

N 1293 orang


Apa alasan Anda memilih partai politik (parpol)?
"    Citra parpol (5,45 persen, 9 orang)
"    Figur atau tokoh parpol (7,27 persen, 12 orang)
"    Amanah (40 persen, 66 orang)
"    Visi dan misi parpol (26,67 persen, 44 orang)
"    Janji parpol (1,21 persen, 2 orang)
"    Uang (3,64 persen, 6 orang)
"    Ikut-ikutan (1,21 persen, 2 orang)
"    Bukan karena semuanya (14,55 persen, 24 orang)

N = 165, pukul 17.00, Ahad (29/5)

Oleh Syahruddin El-Fikri
Sumber : Republika Online

Launching Rabthul 'Am dan Gerakan Peduli Tetangga

Presiden PKS Ust Luthi Hasan Ishaaq MA : Kebangkitan sebuah bangsa ditandai dengan adanya kepedulian anak bangsanya terhadap permasalahan-permasalahan bangsa. PKS berkeinginan untuk mengubah kondisi masyarakat menuju kondisi yang lebih baik. Upaya tersebut dalam skala makro harus melibatkan seluruh komponen bangsa, dan dalam skala mikro perlu adanya keterlibatan masyarakat di lingkungan sekitar dalam setiap proyek amal kebajikan.
Partai Keadilan Sejahtera adalah partai dakwah telah membentuk kader-kadernya untuk
mampu mendekati, menyentuh hati, mengkonsolidasikan dan memberdayakan masyarakat, dan ini dimulai dari PEDULI TETANGGA.
Telah begitu banyak kerusakan di masyarakat seperti tawuran antarpelajar, tawuran antaranggota masyarakat, tawuran antarsuku, pembunuhan, pencurian, pemerkosaan, dan tindkan yang merusak tatanan kehidupan masyarakat, termasuk aksi-aksi teror yang anarkis membuat warga tidak berdosa menjadi korbannya.
Konsep dakwah PKS salah satunya adalah Rabthul 'Am (RA), yaitu sebuah konsep dakwah yang ditujukan kepada semua umat manusia dari berbagai suku, ras dan agama dengan cara melakukan hubungan sosial yang kuat dengan berbagai manusia potensial agar mereka terlibat dalam perubahan menuju kebaikan.
Launching RA diadakan di Hotel Permata Cilegon pada Ahad, 22 Mei 2011 M dengan dihadiri 1800 anggota inti PKS se-Provinsi Banten. Rangkaian acara berupa sambutan-sambutan, launching nasyid robthul am gerakan peduli tetangga, sajian tari teatrikal dari anak-anak Yayasan Bina Wanita Bahagia pimpinan Ibu Izzah, testimony tokoh dalam RA, pemutaran film dokumenter RA, taujih Presiden PKS dan kebulatan tekad menyukseskan gerakan peduli tetangga sebagai salah satu implementasi RA.
Ketua Bidang Pembangunan Umat DPP PKS, Ust Ahmad Zainuddin, Lc : Kegiatan ini bertujuan untuk: Membangun kesadaran dan perhatian seluruh kader terhadap Rabthul ‘Am dan gerakan memasyarakatkan peduli tetangga, Meningkatkan kepedulian seluruh kader untuk berinteraksi dengan lingkungannya terutama lingkungan terdekatnya yaitu tetangga, dan Meningkatkan semangat seluruh kader dalam mensukseskan agenda pemenangan dakwah.
Ketua DPW Banten, Ust Irfan Maulidi :
menyatakan kesiapannya untuk merealisasikan gerakan peduli tetangga. Para kader dan simpatisan se-banten telah siap mengusung perubahan “Bersama Benahi Banten” PKS siap membawa Ust Jazuli Zuwaini memimpin Banten yang lebih peduli pada rakyatnya. Kegiatan launching nasional ini merupakan wujud konsolidasi kami bersama para kader untuk berkontribusi membenahi masyarakat Banten agar lebih baik, lebih maju, lebih sejahtera, dan lebih bermartabat.

Senin, 30 Mei 2011

Ketika Demokrat Tak Belajar dari PKS

Sebuah status menarik saya baca di FB milik Mas Hendrajit. Kata dia dalam akun FB-nya itu:

Mengaku salah melihat gambar, kader PKS udah minta maaf. Namun, kader Partai Demokrat (bendahara PD) nggak pernah minta maaf tuh, meski dituding terlibat 3 kasus yang berkali lipat lebih gawat: 1) Suap/korupsi pembangunan gedung olahraga SEA Games; 2) pemerkosaan seorang gadis SPG di Bandung; 3) penganiayaan terhadap sopirnya sendiri.

Kalimat ini jelas membandingkan antara mantan anggota DPR dari PKS, Arifinto dan mantan Bendahara Umum PD, M. Nazaruddin. Arifinto --yang diduga melihat content pornografi di sidang paripurna DPR—hanya dalam hitungan hari segera memutuskan mundur dan meminta maaf.  Sedangkan M. Nazaruddin, hingga kini tak juga meminta maaf dan mundur dari DPR meski kasusnya telah ramai dibincangkan dalam dua pekan terakhir. Dan PD pun, melalui Dewan Kehormatannya, hanya “berani” memecat Nazaruddin sebagai bendahara umum; bukan sebagai anggota DPR.

Mengapa dua partai ini memiliki respon berbeda? Itulah yang menjadi pertanyaan Mas Hendrajit dalam akun FB-nya dan bisa jadi juga menjadi pertanyaan jutaan orang lainnya. 

Di negeri ini, pejabat mundur karena berbuat salah bak mencari jarum di tumpukan jerami. Bahkan, ada yang berpendapat, mundur masih belum menjadi budaya di Indonesia. Budaya mundur dianggap bukan representasi budaya bangsa Indonesia. Anehnya lagi, ada yang membenturkan budaya mundur dengan falsafah Jawa: tinggal glanggang colong playu (lari dari tanggung jawab).

Beragam alasan biasanya dikemukakan mereka yang terlibat kasus-kasus tak sedap.

“Itu kan baru dugaan, belum ada bukti hukum, jadi tak perlu mundur.”
“Status saya masih tersangka, buat apa mundur.”
“Saya baru akan mundur jika ada keputusan pengadilan yang tetap.”
“Saya kan cuma pembantu presiden. Mundur tidaknya saya tergantung presiden.”
“Mundur sebagai anggota dewan itu ada aturannya, tak bisa tergesa-gesa. Masih banyak yang harus saya kerjakan sebagai wakil rakyat.”

Saat ini, selain Nazaruddin, masih banyak anggota DPR yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, bahkan terdakwa, tapi keukeuh tak mau mundur. Setiap pekan kerjanya bolak-balik pengadilan, bertemu kuasa hukum, dan menyiapkan pembelaan. Tapi tetap saja mereka tanpa malu masih berkantor di DPR sebagai wakil rakyat.

Jepang kerap menjadi contoh terbaik yang disodorkan kepada kita terkait budaya mundur. Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang, Seiji Maehara, mengundurkan diri dari jabatannya karena  dituduh menerima uang dari orang asing, walau nilainya hanya 50.000 yen, atau sekitar Rp5,3 juta.

"Saya minta maaf kepada rakyat Jepang atas keresahan politik ini," kata Maehara dalam jumpa pers di Tokyo, Minggu 6 Maret 2011.

April 2010, PM Jepang Yukio Hatoyama yang baru menjabat Perdana Menteri Jepang selama delapan bulan, mengundurkan diri setelah gagal memenuhi janji kampanyenya untuk memindahkan pangkalan militer Amerika Serikat, Futenma, dari Pulau Okinawa.  Sebelum Hatoyama, ada Taro Aso, Yasuo Fukuda dan Shinzo Abe yang meletakkan jabatan PM karena merasa gagal menjalankan amanah rakyat.

Mengapa para pejabat kita tak mau mundur? Pertama, karena hilangnya budaya malu. Kita sering melihat para tersangka koruptor masih bisa tersenyum manis di depan kamera. Menyedihkan, bukan?

Kedua, cara pandang terhadap kekuasaan. Bagi mereka yang tak mau mundur, kekuasaan adalah peluang untuk mendapatkan beragam kenikmatan dunia: harta, tahta, wanita, dsb. Dengan berkuasa, semua urusan menjadi mudah; semua lawan bisa dilibas; semua kemewahan bisa didapatkan; semua wanita dapat ditaklukkan. Karena itu, kekuasaan tak boleh dilepaskan meski beragam kesalahan telah dilakukan. Dan mundur tentu saja tak ada dalam kamus mereka.

Berbeda dengan orang yang memandang kekuasaan hanya sebagai alat atau sarana untuk berbuat kemaslahatan bagi masyarakat. Bagi kelompok ini, kekuasaan bukan diletakkan di dalam jiwa, melainkan hanya ada di telapak tangan. Karenanya, jika sudah merasa tak membawa kemaslahatan, mereka akan mundur dengan sukarela.

Budaya mundur sendiri sejatinya inheren (melekat) dengan eksistensi kita sebagai seorang  muslim. Islam, agama yang kita anut, dengan indahnya mengajarkan budaya mundur dalam shalat. Seorang imam harus mundur jika batal dan posisinya digantikan oleh orang yang ada di belakangnya.

Sayang memang, budaya mundur masih menjadi barang mewah di negeri yang mayoritas muslim ini. Padahal, sebuah pelajaran moral  luar biasa telah ditunjukkan oleh kader PKS, Arifinto. Tapi tak ada anggota dewan dan pemimpin lainnya yang mau belajar dari PKS. Termasuk PD yang saat ini menjadi the rulling party.

Jadi teringat dengan tulisan Zaim Uchrowi: Berani Mundur di Republika, 15 April lalu. Tulis dia dalam artikelnya: Arifinto membuat langkah penting bagi bangsa ini, membiasakan budaya mundur. Hal yang tentu tak lepas dari sikap partainya, PKS. Partai yang dalam beberapa waktu terakhir banyak dihujani cobaan, termasuk pada kasus ini. Namun, lewat mundurnya Arifinto, PKS menunjukkan beda dengan partai lainnya. PKS melakukan hal yang hampir tak mungkin dilakukan partai lain. Dengan segala kekurangannya, partai ini relatif masih paling mengusung moralitas di kancah politik nasional

Anda setuju, bukan?

Erwyn Kurniawan - Alumnus FISIP Universitas Nasional

Sabtu, 28 Mei 2011

10 Hal yang Meningkatkan Motivasi

Sering kita menyaksikan orang yang tampak tidak bergairah dalam menjalani kehidupan. Ia melakoni hidup mengalir begitu saja bersama waktu, tanpa menunjukkan adanya sebuah semangat dan motivasi dalam menjalani kegiatan. Di berbagai tempat kita melihat orang-orang yang melaksanakan kegiatan dengan keterpaksaan, anak-anak sekolah yang datang tanpa kehadiran perasaan, para pegawai kantor yang masuk kerja tanpa semangat yang menyala. Ada apa dengan mereka ?
Indonesia harus dibangun dengan semangat menyala. Upaya perbaikan di berbagai bidang kehidupan harus dilaksanakan dengan sepenuh pikiran, tenaga, waktu, harta bahkan jiwa. Tidak bisa dikerjakan dengan semaunya, tanpa tenaga, tanpa jiwa, tanpa etika. Hidup harus kita nikmati dengan sepenuh motivasi, agar semua langkah kita menjadi berarti. Masuk sekolah dengan penuh motivasi, kuliah dengan penuh percaya diri, bekerja dengan sepenuh hati, melakukan kegiatan kemasyarakatan dengan penuh dedikasi.
Agar hidup ini bisa lebih kita nikmati, semestinya harus berangkat dari motivasi. Apakah yang membuat anda termotivasi dalam menjalani kegiatan sehari-hari ? Coba perhatikan sepuluh poin berikut ini.
1. Memiliki Visi Hidup yang Jelas
Apa visi hidup anda ? Ingin menjadi apa anda dalam kehidupan ini ? Bahagia dunia dan bahagia akhirat, itukah visi hidup anda ? Anda ingin masuk surga ? Alhamdulillah, semoga itu visi anda. Berjalanlah anda menuju visi yang telah anda tetapkan itu. Setiap kali anda bangun tidur, segera ingatkan diri, bahwa anda harus bekerja keras mencapai visi yang anda canangkan. Visi anda tidak mungkin terwujud dengan bermalas-malas dan tak mau kerja keras. Motivasi terus diri anda dengan visi yang telah anda tetapkan. Surga tidak datang dengan sendirinya, namun anda harus berjalan bahkan berlari menyambutnya.
Seorang pelajar SMA menetapkan visi ingin lulus Ujian Nasional dan bisa masuk Universitas Indonesia. Inilah visi “jangka pendek” yang ada dalam benaknya. Namun sangat jelas. Maka ia akan belajar keras dan melakukan berbagai aktivitas yang menunjang tercapainya keinginan tersebut. Ia akan rajin masuk sekolah, rajin mengerjakan tugas, rajin ke perpustakaan, rajin belajar, karena ingin lulus Ujian Nasional dan masuk Universitas Indonesia. Dengan itu ia akan termotivasi melakukan yang terbaik demi tercapainya visi yang ditetapkannya.
2. Ingin Menjadi Pemenang
Jika anda mengikuti perlombaan lari, yang membuat anda berusaha berlari dengan cepat meninggalkan semua peserta lainnya adalah keinginan untuk menjadi pemenang. Keinginan menjadi pemenang ini menjadi sebuah motivasi yang luar biasa dahsyat, karena anda bersedia mengeluarkan energi terhebat yang anda miliki. Hidup ini adalah bab mengambil kesempatan, karena Tuhan pergulirkan kesempatan itu kepada semua manusia. Siapa yang terjaga, waspada, dan siap siaga, akan bisa menang mengambil kesempatan yang Tuhan pergilirkan. Jadilah pemenang dalam kehidupan.
Seorang mahasiswa ingin mencapai indeks prestasi tertinggi dan lulus paling cepat dibanding teman-teman kuliahnya. Keinginan menjadi pemenang seperti ini membuat dia rajin kuliah, rajin ke kampus, rajin ke perpustakaan, rajin mengumpulkan tugas, rajin konsultasi, dan rajin belajar di rumah. Ia rela mengorbankan kesenangan dirinya demi meraih cita-cita besarnya. Ia tidak rela dirinya dikalahkan oleh teman-teman kuliahnya. Ia harus menjadi juara. Inilah motivasi yang luar biasa besarnya dalam hidup anda.
3. Ingin Sukses Menghadapi Tantangan Kehidupan
Tidak ada kehidupan yang tanpa tantangan. Semua orang memiliki tantangan dalam menjalani aktivitas keseharian. Keinginan anda untuk bisa sukses menghadapi tantangan kehidupan ini menjadi motivasi yang luar biasa besar bagi anda untuk menjalani kehidupan dengan tegar dan penuh energi. Anda tidak cepat dibuat putus asa jika menghadapi tantangan, karena anda ingin mengalahkannya. Seperti anak sekolah yang belajar keras karena ingin lulus ujian dengan baik. Begitulah hidup kita, harus berusaha serius untuk mengalahkan tantangan yang pasti datang.
Seorang pengusaha kecil yang memiliki usaha warung makan sederhana, merasa tertantang saat melihat ada usaha serupa yang baru saja buka di dekat tempat usahanya. Ia menjadi termotivasi mengelola warung makannya dengan lebih baik setelah ada tantangan di depan matanya. Semula ia berlaku santai saja, karena tidak ada tantangan yang ada di hadapannya. Begitu ada pesaing yang bisa mengancam usahanya, ia menjadi lebih bersemangat mengelola warung makannya. Tantangan memang membuat hidup lebih menarik dan lebih berwarna.
4. Ingin Membahagiakan
Jika anda seorang suami yang ingin membahagiakan isteri, anda harus berusaha sekuat kemampuan untuk bisa merealisasikannya. Jika anda orang tua, hal yang memotivasi aktivitas kehidupan adalah ketika anda ingin membahagiakan anak anda. Seorang lelaki tua telah berjalan jauh dari kampungnya, menuju rumah seseorang yang diyakini memiliki sepatu bekas untuk anaknya. Karena anaknya tidak memiliki sepatu sementara hari senin besok sudah harus masuk sekolah. Ia ingin membahagiakan anaknya. Ia tidak ingin mengecewakan anaknya yang masuk sekolah tanpa sepatu.
Seorang suami rela menyisihkan sebagian uang yang dimilikinya rutin setiap hari, demi membahagiakan isterinya. Ia berusaha menabung dengan uang yang tidak seberapa besar, namun itu ia lakukan secara rutin setiap hari. Ia ingin membelikan sepeda motor untuk isteri tercinta, karena isterinya harus antar jemput anak-anaknya yang sekolah sementara jaraknya cukup jauh. Selama ini isterinya naik sepeda kayuh. Ia ingin isterinya memiliki sepeda motor. Keinginan membahagiakan ini yang memotivasi dia melakukan penghematan belanja demi membelikan motor bagi isteri tercinta.
5. Memiliki Cinta Membara
Cinta membuat anda bersedia melakukan apa saja. Demi seseorang yang anda cintai, anda melakukan kegiatan dengan volume yang sangat padat. Siang dan malam anda tetap melakukan sesuatu, demi orang-orang yang anda cintai. Seorang isteri yang sangat mencintai suami, berusaha berdandan dan berpenampilan yang paling menarik agar selalu disayangi suami. Ia mengikuti klub senam aerobik, ia rutin merawat tubuhnya ke skincare ternama. Ia rela menghabiskan banyak uang untuk menyenangkan hati suami yang sangat dicintai.
Sebagai suami yang sangat mencintai isteri, anda akan rela bekerja mencari rejeki dengan mengeluarkan energi yang luar biasa besarnya. Demi menghidupi anak dan isteri, demi menuntaskan rasa cinta membara, anda rela mengerjakan berbagai aktivitas sejak pagi hingga malam hari. Rasa lelah seakan sudah tidak terasa lagi, semua demi orang-orang tercinta. Bahkan pasangan suami dan isteri yang berada di titik puncak persoalan rumah tangga, sampai ingin bercerai, bisa kembali berada dalam suasana normal karena cinta mereka kepada anak-anak yang sedemikian besarnya. Mereka tidak ingin melihat anak-anak bermasalah masa depannya akibat orang tuanya bercerai. Maka mereka memutuskan untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga, demi cinta mereka kepada anak-anak hasil pernikahan mereka.
6. Ingin Memberikan yang Terbaik
Jika anda seorang pegawai di sebuah instansi, yang memotivasi anda datang ke kantor dan bekerja dengan serius adalah keinginan memberikan yang terbaik dalam dunia kerja anda. Jika anda aktivis kemasyarakatan, keinginan memberikan yang terbaik bagi masyarakat menyebabkan anda rela melakukan berbagai aktivitas tanpa mendapatkan upah atau imbalan. Anda kerjakan penuh dedikasi, karena ingin memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat, walaupun untuk itu harus mengorbankan berbagai kepentingan anda. Misalnya, harus keluar dana dari saku anda sendiri, mengorbankan waktu anda, mengorbankan fasilitas yang anda miliki.
Jika anda aktif dalam dakwah, yang memotivasi anda adalah keinginan memberikan yang terbaik untuk tercapainya tujuan dakwah. Anda tidak ingin dakwah melemah, maka anda selalu berusaha melakukan tindakan yang terbaik, memberikan waktu, tenaga, harta dan semua fasilitas kehidupan yang anda miliki demi suksesnya kegiatan dakwah. Karena itulah anda tidak berhitung lagi tentang resources yang anda keluarkan untuk melancarkan dakwah. Semua anda keluarkan dengan sepenuh kesadaran tanpa ada penyesalan.
7. Ingin Memberi Teladan
Kadang anda melihat kenyataan betapa minimnya keteladanan dalam kehidupan. Untuk itu anda berusaha untuk selalu memberikan keteladanan bagi semua orang. Dimulai dari rumah tangga anda sendiri, anda ingin anak-anak tumbuh menjadi shalih dan tidak tercemar oleh perilaku menyimpang yang sangat banyak melanda generasi muda. Untuk itu anda selalu berusaha memberikan contoh kehidupan yang baik agar anak-anak anda mengerti dari teladan yang anda tampilkan setiap hari.
Jika anda menjadi tokoh masyarakat, sangat ingin anda memberikan keteladanan bagi seluruh warga. Berbagai kerusakan moral dengan sangat mudah disaksikan di tengah kehidupan masyarakat, sedih sekali anda melihat itu semua. Banyak kalangan masyarakat menghendaki anda memberikan contoh teladan karena telah sedemikian mewabah kerusakan moral yang ada. Anda merasa memiliki kewajiban memberikan contoh keteladanan, maka anda rela meninggalkan berbagai hal yang anda anggap tidak memberikan keteladanan. Semua anda kerjakan dengan penuh dedikasi demi bisa memberi keteladanan terbaik bagi keluarga dan masyarakat.
8. Ada Hasil yang Jelas Manfaatnya
Anda akan sangat bersemangat melaksanakan kegiatan apabila anda meyakini bahwa dari kegiatan tersebut mendatangkan kemanfaatan yang sangat jelas. Bisa jadi kemanfaatan tersebut berupa meningkatnya kepangkatan, meningkatnya penghasilan, meningkatnya jenjang keanggotaan, meningkatnya hasil usaha, meningkatnya jumlah anggota, meningkatnya omset, meningkatnya perolehan suara, dan lain sebagainya. Bisa pula kemanfaatan tersebut bercorak kualitatif, misalnya meningkatnya penghormatan, meningkatnya kasih sayang, meningkatnya pengetahuan dan lain sebagainya.
Apabila anda tidak melihat ada manfaat yang jelas, akan sangat berat bagi anda mengikuti suatu kegiatan. Maka sangat penting bagi anda untuk mencari dan menemukan kemanfaatan yang jelas dalam setiap aktivitas rutin yang anda lakukan. Misalnya, apa kemanfaatan shalat yang rutin anda lakukan ? Apa kemanfaatan puasa yang anda lakukan selama sebulan ? Apa kemanfaatan belajar dalam kehidupan anda ? Apa kemanfaatan silaturahim ? Apa kemanfaatan olah raga ? Coba cari dan temukan berbagai kemanfaatan dalam setiap aktivitas yang anda lakukan.
9. Ingin Menunaikan Kewajiban
Kewajiban harus ditunaikan, karena jika dilalaikan akan mendapatkan catatan pelanggaran. Misalnya seorang guru, ia memiliki kewajiban mengajar di kelas. Harusnya ia memiliki visi yang jelas untuk mencerdaskan bangsa Indonesia melalui pengajaran. Dengan visi besar ini, maka dia mengajar bukan semata-mata karena menunaikan kewajiban, namun karena penunaian visi besar. Seandainya tidak memiliki visi sebesar itu, minimalnya memiliki kemauan untuk menunaikan kewajiban.
Seandainya ada seorang suami yang tengah mengalami kelunturan cinta terhadap isterinya, ia masih bisa mendapatkan motivasi dari keinginan untuk menunaikan kewajiban menafkahi keluarga. Jika ia tidak bekerja mencari nafkah, berarti telah melalaikan kewajiban sebagai suami. Maka sang suami ini bekerja dengan bersungguh-sungguh agar bisa mendapatkan rejeki yang mencukupi untuk memberi makan anak dan isteri. Dengan cara itulah ia menunaikan kewajiban sebagai suami.
10. Ingin Mendapatkan Apresiasi Positif
Kadang orang termotivasi karena ingin mendapatkan apresiasi yang positif oleh orang lain. Misalnya seorang politisi melakukan aktivitas sosial kemasyarakatan, salah satu motivasinya adalah ingin mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat dan media, bahwa dia adalah seorang yang memiliki kepedulian sosial yang nyata. Dia ingin mendapatkan simpati massa dengan aktivitasnya, di tengah kerusakan yang terjadi pada banyak pelaku politik dan aktivis partai politik. Dia ingin tunjukkan sisi-sisi kemanusiaan, bahwa politik tidak selalu bermakna penipuan dan pembunuhan karakter.
Namun keinginan yang harus paling kuat adalah agar mendapatkan apresiasi positif dari Tuhan Yang Maha Mengetahui segala perbuatan hamba. Bukan hanya keinginan mendapatkan apresiasi positif dari manusia, lebih dari itu harus termotivasi untuk mendapatkan apresiasi positif dari Tuhan. Ingin mendapatkan pahala dan balasan kebaikan dari Tuhan. Itulah motivasi yang sangat tinggi untuk berprestasi, motivasi yang tinggi untuk melakukan semua aktivitas dengan mencurahkan semua potensi yang dimiliki.

Inspirasi dari Nazaruddin dan Gayus untuk Pemuda Indonesia !

Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc
Jika kita sedikit menghayati ungkapan Ronggowarsito, bahwa jaman sekarang sudah jaman edan, maka yang tidak ikut ngedan tidak akan kebagian apa-apa, atau ditambah lagi dengan keluh kesah sebagian orang pada saat ini, dimana nyari yang haram saja susah, apalagi nyari yang halal. Gimana tidak, mau maling ayam saja takut digebuki massa, salah-salah bisa dibakar begitu saja oleh massa yang beringas. Nah, dengan pemahaman dan penghayatan terhadap ungkapan-ungkapan di atas, kita bisa menilai bahwa sejatinya Nazaruddin dan Gayus adalah sosok pemuda yang mempunyai prestasi jauh melebihi teman sebayanya.
Sengaja Nazaruddin dan Gayus Tambunan saya sandingkan, mengingat mereka berdua memiliki kemiripan yang sangat banyak. Dimulai dari usia muda yang tak terduga, bahwa mereka baru saja melewati kepala tiga. Gayus Tambunan dengan usia 30 tahun, dan Nazaruddin dengan usia 33 tahun bahkan telah menjajal posisi Bendahara Umum sebuah Partai pendulang suara terbesar di pemilu 2009 lalu. Kemiripan berikutnya tentu terletak pada aset mereka yang melaju dikisaran puluhan milyar rupiah. Angka milyaran rupiah dalam genggaman hampir-hampir tidak pernah diimpikan oleh pemuda lain yang seusia dengan mereka. Diimpikan saja tidak, bagaimana dipegang dengan sepenuh kendali ?. Kalau mau menyebut kemiripan mereka berdua tentu saja jelas, sama-sama tersandung perkara korupsi, bahkan juga sama-sama menikmati berwisata di luar negeri ke tempat favorit tersangka korupsi : Singapura !
Melihat judul di atas, mungkin banyak yang akan protes keras bahwa yang mereka berdua lakukan adalah hal yang tidak terpuji, yaitu perilaku korupsi dan sebagainya. Saya sepakat 100% dengan pandangan tersebut, tentang perbuatan korupsi dan kemaksiatan lainnya adalah sesuatu yang akal sehat kita pasti tidak akan pernah menyetujuinya, dan sekali-kali saya juga tidak menganggapnya sesuatu yang baik.
Namun, lihatlah lebih jauh bahwa sebenarnya Nazaruddin dan Gayus memberikan secarik inspirasi pemuda bagi Indonesia. Mereka berdua telah memainkan potensi yang semestinya ada pada setiap pemuda, lalu mengembangkannya dengan keberanian luar biasa, maka kemudian mencapai hasil yang luar biasa pula. Namun sayang seribu sayang, pengembangan potensi dan akselarasi yang luar biasa itu tidak pada jalur yang terpuji.
Sikap mental, keberanian dan kecerdikan lah yang mengantarkan keduanya ada pada tingkat ‘kesuksesan’ dan ‘prestasi’ yang melebihi teman sebayanya. Kekuatan fisik , mobilitas tinggi , kemampuan komunikasi, dikembangkan sepenuhnya untuk lobby-lobby dan bersinergi hingga keduanya diterima dalam jajaran orang-orang yang jauh lebih tinggi dari usia mereka yang masih senior. Anda bisa bayangkan bagaimana seorang Gayus Tambunan yang dengan pangkat golongan III bisa dengan gagah duduk berjajar dengan orang-orang terkenal di negeri ini seperti Adnan Buyung Nasution, bahkan kepulangannya di Indonesia pun harus dijemput petugas sekelas Kabareskim Ito Sumardi ? Pemuda itu terlihat lugu memang, tapi siapa sangka dia pun bisa keluar masuk penjara dengan santainya, bahkan berwisata keluar negeri dan membuat paspor seharga ratusan juta ?. Nazarudin juga tidak kalah hebatnya, pada tahun 2007 ia hanyalah seorang ‘kutu loncat’ dari PPP ke Partai Demokrat, namun kegesitannya yang luar biasa mampu mengantarkannya menjadi posisi Bendahara Umum partai penguasa. Hasil capaian keuangannya pun jauh melesat dibanding lima tahun lalu yang masih ‘biasa-biasa’ saja.
Saya tidak mengajak Anda pada kekaguman atas sebuah kemaksiatan. Tidak dan sekali-kali tidak. Tapi mari kita mengakui bahwa Nazaruddin dan Gayus adalah pemuda yang sukses melejitkan potensi kepemudaannya, pada jalur yang salah. Saya hanya membayangkan seandainya keberanian, kecerdikan, mobilitas, kemampuan komunikasi dari pemuda Indonesia bisa dikembangkan dan dilejitkan sebagaimana Gayus dan Nazaruddin, namun -tentu saja- pada jalur dan arah yang benar lagi terpuji, maka bisa dipastikan bangsa ini akan menuai sosok-sosok pemuda hebat dan berprestasi yang luar biasa, bahkan jika perlu menggoncangkan dunia sebagaimana digadang-gadang oleh Presiden RI yang pertama.

Kamis, 26 Mei 2011

PKS Usul Reformasi Total DPR

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengaku prihatin dengan makin terpuruknya citra DPR. PKS pun mengambil inisiatif mengusulkan reformasi total DPR.
“Sorotan terhadap kinerja lembaga DPR untuk hal yang tidak terkait dengan tugas pokok yang diamanatkan UUDN RI 1945, membuat DPR mesti melakukan reformasi keparlemenan. Jangan sampai ada kesan, anggota dewan ikut cawe-cawe dalam urusan teknis seperti itu. Karena itu kita dorong penguatan DPR ini supaya lebih efektif,” ujar Sekjen PKS, Anis Matta, kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (25/5/2011).
Pandangan senada disampaikan Sekretaris FPKS DPR, Abdul Hakim. Reformasi yang diusulkan PKS menyangkut badan-badan di DPR seperti Badan Urusan Rumah Tangga DPR. FPKS mengusulkan BURT dirasionalisasi menjadi lembaga setara Kelompok Kerja atau Pokja dibawah Pimpinan DPR. Sehingga BURT DPR makin efektif melaksanakan fungsi dan tugasnya.
“Keanggotaan Pokja ini pun cukup 9 orang mewakili 9 Fraksi, tidak seperti saat ini yang jumlahnya mencapai lebih dari 50 orang. Rasionalisasi ini, menemukan konteksnya karena di tahun Anggaran 2011, lembaga tinggi DPR menyerap hanya 0,2% dari total APBN,” tutur anggota DPR dari Daerah Pemilihan Lampung 2 tersebut.
Secara bersamaan Fraksi PKS mengusulkan penguatan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara atau BAKN di DPR. Alasan FPKS, menurut Hakim, karena BAKN merupakan lembaga yang diamanatkan UUDN RI 1945.
“Namun justru kurang merepresentasikan fungsi pengawasan DPR secara maksimal terhadap anggaran negara yang mencapai Rp 1.229,5 Triliun. Idenya, untuk memperkuat fungsi pengawasan anggaran, selain diperkuat lembaganya maka keanggotaannya pun mesti diperluas menjadi setingkat Pansus. Kami mengusulkan ada tigapuluh perwakilan yang mewakili secara proporsional dari sembilan fraksi yang ada di DPR RI,” jelasnya.
Fraksi PKS DPR juga mendesak Pimpinan DP RI segera memprioritaskan pembahasan Revisi UU No 27/2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan pembahasan Tata Tertib DPR RI. Fraksi PKS DPR RI juga akan membentuk Tim Reformasi Parlemen yang tugasnya adalah mengawal pelaksanaan agenda reformasi di DPR RI.
“Saya sebagai Sekretaris Fraksi, sekaligus ditunjuk oleh pimpinan untuk mengetuai Tim ini,” tandasnya.

Rabu, 25 Mei 2011

Sydney Jones: PKS Bukan Partai Radikal!

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang merupakan partai terbesar keempat di Indonesia pasca Pemilu 2009 seringkali dituding memiliki hidden agenda untuk mendirikan negara Islam di Indonesia. PKS juga kerap dikaitkan dengan gerakan Islam radikal di luar negeri, wabil khusus Ikhwanul Muslimin di Mesir.

Tetapi, di mata Sydney Jones dari International Crisis Group (ICG), PKS bukanlah partai radikal. Terlebih PKS mengikuti aturan main demokrasi di Indonesia.

Sydney Jones menyampaikan hal itu ketika berbicara dalam Lecture Series on Democracy di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah di Ciputat, Tangerang, Senin pagi (23/5).

"Saya baru dari Aceh, dan mampir ke kantor partai lokal maupun nasional. Saya juga berbicara dengan wakil-wakil PKS di DPRD di Aceh," ujar Sydney.

Dalam berbagai pembicaraan itu, Sydney Jones menyimpulkan bahwa wakil-wakil PKS adalah yang paling memahami persoalan rakyat dan paling memahami prinsip demokrasi.

"Mereka paling cerdas dan paling peduli pada rakyat, juga paling punya gagasan tentang public services," demikian Sydney Jones.

Selasa, 24 Mei 2011

WS Rendra: “Satu-satunya harapan bangsa ini adalah PKS”

WS Rendra (Willibrordus Surendra Bawana Rendra) seorang penyair dan budayawan terbesar negeri ini sebelum meninggal dunia beliau menyampaikan pesan kepada sahabatnya, Chaerul Umam, seorang sutradara kawakan:
“Satu-satunya harapan bangsa ini adalah PKS”
Pesan singkat ini disampaikan kembali oleh Chaerul Umam sebelum membaca puisi pada acara Malam Seni dan Budaya Nasional PKS, Hotel Sahid 21 Mei 2011 lalu.
Dan hari ini (Senin 23/5), seperti diberitakan rakyatmerdekaonline, Sydney Jones seorang pengamat peneliti dan aktivis dari International Crisis Group (ICG), secara terbuka di forum Lecture Series on Democracy di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Ciputat mengutarakan kekagumannya juga pada PKS.
“Saya baru dari Aceh, dan mampir ke kantor partai lokal maupun nasional. Saya juga berbicara dengan wakil-wakil PKS di DPRD di Aceh,” ujar Sydney.
“Mereka paling cerdas dan paling peduli pada rakyat, juga paling punya gagasan tentang public services,” demikian Sydney Jones.
Dalam pembicaraan itu, Sydney Jones menyimpulkan bahwa wakil-wakil PKS adalah yang paling memahami persoalan rakyat. PKS juga bukan partai radikal justru mereka partai yang paling memahami prinsip demokrasi. (rakyatmerdekaonline.com)
Pekan lalu, Senin (16/5) koran KOMPAS memuat headline “Parpol Tersandera Korupsi” dilengkapi dengan gambar (tabel) tentang kasus-kasus korupsi yg melanda parpol. Disebut semua parpol KECUALI PKS. Headline KOMPAS ini mengukuhkan PKS adalah satu-satunya partai yang masih bersih.
Sebelumnya juga, dalam kasus tegas dan cepatnya PKS mengambil tindakan terhadap penyimpangan kadernya, pengamat politik Zaim Uchrowi menyatakan, “PKS menunjukkan beda dengan partai lainnya. PKS melakukan hal yang hampir tak mungkin dilakukan partai lain. Dengan segala kekurangannya, partai ini relatif masih paling mengusung moralitas di kancah politik nasional.” (Republika, 15/4)
Penilaian dan kekaguman akan PKS sebagai ‘Harapan Bangsa’ bukan saja diberikan oleh para pengamat, tapi juga oleh rakyat yang mendambakan perbaikan negeri ini. Buktinya, di bulan Mei ini di beberapa pilkada calon yang diusung PKS meraih dukungan rakyat dan mendapat kemenangan. Pilkada Salatiga (8/5) pasangan Yuliyanto-Haris (Yaris), Pilkada Pekanbaru (18/5) pasangan Firdaus MT-Ayat Cahyadi, dan bahkan pilkada Jayapura (18/5) pasangan Benhur Tomi Mano–Nuralam meraih kepercayaan rakyat.
Ini semua membuktikan bahwa rakyat sangat mengharap akan perbaikan negeri ini, dan harapan itu ada pada PKS. Mari kita sambut ‘Harapan Rakyat’ dengan meningkatkan kerja dan kiprah kita di semua level, semua lini, sesuai potensi dan amanah masing-masing bersinergi sambil bertawakkal hanya kepada NYA. Kata Pak Cahyadi Takariawan “terus bekerja, terus berkarya, hingga akhir usia”.
Faidza ‘azamta fatawakkal ‘alaLlah….
*)penulis: admin pkspiyungan

Demokrat Bisa Belajar dari PKS

Partai Demokrat bisa belajar dari PKS dalam menuntaskan kasus dugaan korupsi yang kini menjerat kadernya. Berbeda dengan PKS yang bertindak rapi, cepat dan sigap, justru Partai Demokrat babak belur karena tidak cepat bertindak dan mencoreng citranya.
Publik belum lupa bahwa Arifinto, anggota Fraksi PKS yang tertangkap kamera wartawan Media Indonesia, Mohamad Irfan, ketika sedang menonton video mesum dalam sidang paripurna DPR, akhirnya didesak mundur DPP PKS dalam waktu yang cepat.
“Arifinto sudah selesai, sudah mundur,” kata Ketua Fraksi PKS Mustafa Kamal di gedung DPR, Jakarta, Senin 9 Mei 2011, sebagai langkah cepat mengatasi kasusnya. Arifinto telah mengajukan surat pengunduran diri dan Fraksi PKS sudah menindaklanjuti pengunduran diri itu.
Dewan Pimpinan Pusat PKS sudah melakukan proses Pergantian Antar-Waktu (PAW). PKS tak mau kehilangan muka, dan cepat tanggap memberhentikan kadernya di DPR yang berbuat tidak senonoh dan mencoreng partai Islam itu. Isu pun berlalu.
Tapi, bagaimana dengan partai Demokrat yang dililit kasus Mohamad Nazaruddin dalam dugaan korupsi pembangunan wisma atlet SEA Games di Palembang? Kasus Arifinto sejatinya tidak lebih berat dari Nazaruddin, yang mengidap masalah berlapis-lapis.
Dibandingkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang relatif cepat dan responsif dalam menyelesaikan kasus Arifinto dan laporan Yusuf Supendi mengenai adanya korupsi di kalangan elite partainya, nampaknya Demokrat kedodoran dalam menangani kasus suap Sesmenpora yang diduga melibatkan Nazaruddin.
Pimpinan PKS nampak lebih sigap dan rapi dalam menuntaskan kasus internal yang bisa mencoreng partai, sementara pimpinan Partai Demokrat yakni Anas Urbaningrum masih membeli waktu, menunggu sinyal dari SBY, sang ketua Dewan Pembina.
Sungguh berat, berbagai kasus disebut-sebut melibatkan M Nazaruddin, Bendahara Umum Partai Demokrat, dan hal itu menjadi beban berat Anas Urbaningrum selaku ketua umum partai tersebut. Kasus Nazaruddin mencoreng dan menyandera Anas dalam memimpin Demokrat ke depan. Sejauh ini, Anas menyatakan tidak happy, namun belum bertindak tegas mengatasinya.
Padahal sederet isu menyasar Nazaruddin mulai suap Sekretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora), tuduhan pemberian uang ke Sekjen Mahkamah Konstitusi (MK) sebesar US$120 ribu pada 2010 hingga tudingan Nazaruddin pernah ditahan Polda Metro Jaya karena diduga terlibat dalam pemalsuan dokumen perusahaan miliknya, PT Anugerah Nusantara.
Dalam menuntaskan kasus Nazaruddin ini, sikap Anas sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat terlihat tidak tegas dan malah menyerahkan persoalan itu ke atas (ke SBY) selaku Ketua Dewan Pembina DPP Partai Demokrat. Padahal untuk urusan yang berpotensi mencoreng partai biru itu, mustinya Anas yang harus memutuskan, tak perlu SBY. Akibatnya, kini Demokrat menjadi bulan-bulanan media dan publik, yang berpotensi besar merusak reputasi dan kredibilitasnya.
Anas dan koleganya harus menyadari bahwa kini publik dengan sinis melihat setiap retorika antikorupsi dan pembaruan yang digaungkan politisi Demokrat baik pejabat maupun elit politiknya. Publik menilainya dengan skeptisme dan ragu. Publik melihat, pada diri sebagian besar kaum elit politik Demokrat dan pejabatnya yang duduk diparlemen maupun pemerintahan, terkesan tidak satu antara kata dan perbuatan.
Kasus Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin juga mengingatkan kembali publik kepada mantan anggota Komisi VIII DPR Aziddin. Publik tak lupa bahwa Aziddin, anggota Fraksi Partai Demokrat periode 2004-2006 dipecat dari keanggotaan partai dan anggota DPR karena terlibat kasus calo pemondokan dan katering haji pada 2006. Deklarator Partai Demokrat itu menyalahgunakan surat rekomendasi fraksi dalam melaksanakan tugasnya sebagai anggota pemantau haji. Akankah Nazaruddin mengalami nasib seperi Aziddin?
“Belajar dari PKS, jika Demokrat konsisten dengan komitmennya membasmi KKN, maka selayaknya Nazaruddin diperlakukan sama dengan Aziddin sehingga kader Demokrat lainnya menjadi berfikir berulang-ulang jika melakukan perbuatan yang tidak sesuai etika politik dan hukum,” kata pengamat hukum Tisnaya Kartakusuma, jebolan FHUI dan Sorbonne. [mdr]

Minggu, 22 Mei 2011

Netty Prasetyani: Konsistensi dan Totalitas Yoyoh Yusroh Menjadikan Usia Sejarahnya Lebih Panjang dari usianya Sendiri

Ketika perempuan tampil di ruang publik, dia harus punya stamina kuat baik fisik dan psikologis. Selain itu kemampuan mengatur waktu agar fungsi publik dan domestik terbagi dengan proporsional juga sangat penting. Yoyoh Yusroh memiliki keduanya, stamina tangguh dan kemampuan manajemen waktu. Demikian disampaikan Netty Prasetyani, istri Gubernur Jawa Barat saat mengantarkan jenazah Yoyoh Yusroh ke pemakaman, di Kampung Benda, Tangerang (21/5).
Saat ini, agak jarang perempuan mampu mengambil peran publik yang sama baik dengan peran domestiknya. Namun Yoyoh Yusroh mampu melakukannya, dan tidak ada gangguan sama sekali dalam menjalankan dua peran sekaligus. “Terbukti dengan kehadiran anak-anaknya yang sholih dan sholihat, serta terdidik dengan baik”, tutur Netty.
Karenanya sulit bagi bangsa ini untuk tidak kehilangan sosok setangguh Yoyoh Yusroh. Ketangguhan inilah yang harus dijadikan teladan bagi para kader PKS khususnya, bahkan perempuan Indonesia umumnya. Bahwa peran perempuan di sektor publik tidak lantas mengesampingkan fungsinya sebagai ibu dan istri dalam rumah tangga. “Lihatlah keberhasilan Yoyoh Yusroh dalam mendidik anak-anaknya yang berjumlah 13 itu. Bahkan diantaranya sudah menjadi penghafal Qur’an”, ujar Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Barat ini.
Netty juga mengagumi kesederhanaan dan sosok Yoyoh Yusroh yang demikian bersahaja. “Justru kedua hal ini menjadi modal baginya membangun jaringan dan melebarkan sayap. Hingga Yoyoh Yusroh tidak hanya dicintai oleh kader-kader PKS saja, bahkan oleh “lawan” politiknya”, papar istri dari Ahmad Heryawan yang merupakan Gubernur Jawa Barat.  Hal ini dibuktikan dengan kehadiran ribuan pelayat yang datang untuk menyolatkan dan hadir dalam pemakaman beliau. Mulai dari Tjahyo Kumolo (F-PDIP), Roy Suryo (F-Demokrat), juga Nurul Arifin (F-Golkar).
Konsistensi Yoyoh Yusroh dalam berjuang memang demikian nyata. Perempuan ini selalu hadir dalam setiap aksi kemanusiaan yang dilakukan PKS. Bahkan dirinya juga menyambangi Jalur Gaza yang diblokade oleh Israel, demi menyampaikan bantuan untuk rakyat Palestina. Totalitas dan konsistensi ini yang akan menjadikan usia sejarahnya lebih panjang dari usianya sendiri.
Dalam sms terakhir yang disampaikan murobbiyah kita semua itu, ke salah seorang sahabatnya berbunyi, “Ya Robb aku sedang memikirkan posisiku kelak di Akhirat. Mungkinkah aku  berdampingan dengan penghulu para wanita, Khadijah Al Qubro yang berjuang dengan harta dan jiwanya? Atau dengan Hafshah yang dibela Allah saat akan dicerai karena Showwamah dan qowwahmahnya? Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500-an hadits, sedang aku… ehm, 500 juga belum. Atau dengan Ummu Sulaim yang shobirah. Atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad. Atau dengan siapa ya Allah? Tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliyah mereka sehingga aku laik bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di Taman FirdausMu”.
Saya hanya bisa memuji kebesaran Allah karena menghadirkan sosok setangguh Yoyoh Yusroh dalam da’wah ini. Dan semoga para kader meneladani sosok ummahat yang memiliki daya juang luar biasa. Konsistensi adalah kunci utama kita dalam berjuang. Karena kita sangat sadar, bahwa akhir konsistensi itu hanyalah kematian”, tutup Netty yang juga ibu dari enam anak ini. (ira)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes