Waktu terus berjalan lurus ke depan. Cepat sekali, dan tidak akan pernah kembali. Rasanya Ramadhan 1432 ini baru saja kita masuki, tidak terasa sekarang sudah berada di sepertiga waktu penghujungnya. Sebagian orang masih bersantai-santai, membuang waktu sambil menunggu waktu berbuka, menyia-nyiakan kesempatan yang sangat istimewa ini tanpa aktivitas ibadah. Sebagian yang lain tampak sangat serius, i’tikaf di masjid siang dan malam, memanfaatkan setiap detik waktu untuk pendekatan diri kepada Allah. Khawatir Ramadhan segera meninggalkan mereka, sementara belum banyak amal ibadah yang dilakukan.
Apapun yang kita kerjakan pada bulan mulia ini, akhirnya toh waktu terus menggulung dan kita akan dipaksa memasuki bulan baru. Ramadhan sebentar lagi berlalu, berganti Syawal. Betapa cepat waktu berlalu, mana ibadahmu? Mana tilawah dan tadarusmu ? Mana rakaat panjang dalam tarawihmu ? Mana istighfarmu? Mana taubatmu ? Mana infakmu ? Mana zakatmu ? Mana dzikirmu ? Padahal hari-hari sangat cepat berganti, Ramadhan sudah mau pergi, namun mengapa masjid semakin sepi?
Di antara hal yang mematikan kehidupan manusia adalah kekosongan waktu (faragh). Ada banyak manusia yang menghanguskan waktu mereka untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya bagi kebaikan diri dan masyarakat, bahkan sebagian yang lain menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk sesuatu yang justru menzhalimi dan merusak diri serta masyarakat. Kerugian sudah pasti akan menjadi milik mereka.
Perhatikanlah betapa berharga waktu-waktu yang kita miliki. Sungguh amat sangat terbatas jatah waktu yang Allah berikan kepada masing-masing kita, sudah semestinya kita mengoptimalkan setiap detik waktu yang ada untuk kebaikan. Jika kita memiliki waktu 5 menit saja yang terbuang percuma setiap harinya, maka selama setahun ada 1.825 menit atau 30,42 jam waktu yang terbuang. Apabila Allah mengaruniakan usia 60 tahun kepada kita, maka ada 1.825 jam atau 76 hari yang terbuang percuma.
Cobalah kita cermati secara seksama, apakah waktu kita yang terbuang percuma lebih dari 5 menit setiap harinya? Aktivitas apakah yang anda kerjakan di waktu pagi, siang, sore atau malam hari? Kadang ada suasana santai yang menghanguskan banyak waktu. Pada beberapa kalangan, waktu senggang tersebut dimanfaatkan untuk mengobrol dengan tetangga atau teman tanpa tujuan yang jelas. Setiap harinya bisa menghabiskan waktu hingga dua jam untuk omong kosong tersebut, bahkan lebih, dengan tema yang tidak terarah dan semata-mata mengisi waktu luang. Baik di kantor, di rumah, ataupun di restoran dan tempat-tempat umum lainnya, mengobrol seakan-akan telah menjadi kebutuhan pokok.
Jika sehari menggunakan 2 jam waktu untuk mengobrol dengan teman atau tetangga, maka dalam setahun ada 730 jam atau 30,42 hari mengobrol. Jika jatah usia kita 60 tahun maka kurang lebih ada 43.800 jam atau setara dengan 1.825 hari atau 60 bulan atau 5 tahun waktu kita yang habis untuk kepentingan mengobrol saja. Apabila obrolannya membawa manfaat bagi kebaikan diri dan masyarakat, tentu tidak menjadi masalah. Akan tetapi jika obrolannya sekedar menyebarkan isu dan gosip, membicarakan kejelekan orang lain, dan dalam konteks “daripada bengong”, maka sudah barang tentu akan membawa berbagai kerugian.
Jika seseorang mengandalkan ibadahnya hanya kepada shalat wajib lima waktu saja, maka dengan rata-rata pelaksanaan sekali shalat wajib 5 menit, sehari mengerjakan shalat 25 menit. Dengan demikian setahun ada 9.125 menit atau 152 jam atau 6,3 hari saja untuk shalat. Jika jatah usianya 60 tahun, maka untuk ibadah hanya memerlukan 9.125 jam, atau setara dengan 380,2 hari atau 12 bulan atau satu tahun. Padahal untuk mengobrol saja memerlukan waktu 5 tahun.
Tentu saja tidak dilarang untuk mengobrol, jika ada tujuan dan kemanfaatan yang jelas. Akan tetapi hendaknya kita sangat memperhatikan alokasi penggunaan waktu dalam kehidupan sehari-hari, agar tidak hangus secara percuma. Ada banyak waktu yang perlu kita hemat dalam kehidupan sehari-hari. Saat anda di kamar mandi, di meja makan, di kamar saat berganti pakaian atau berhias, di depan televisi, di halte bus, dan di berbagai tempat privat maupun publik. Jika suatu aktivitas telah anda selesaikan, jangan membiarkan ada waktu jeda atau waktu luang yang dibiarkan berlalu sia-sia. Segera kerjakan aktivitas lainnya.
Demikianlah Tuhan mengajarkan kepada kita, “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Alam Nasyrah: 7 – 8).
Ramadhan sebentar lagi berlalu, berganti Syawal. Betapa cepat waktu berlalu, mana ibadahmu? Mana tilawah dan tadarusmu ? Mana rakaat panjang dalam tarawihmu ? Mana istighfarmu? Mana taubatmu ? Mana infakmu ? Mana zakatmu ? Mana dzikirmu ? Padahal hari-hari sangat cepat berganti, Ramadhan sudah mau pergi, namun mengapa masjid semakin sepi?
Tuhan menghendaki agar kita tidak memiliki kekosongan waktu atau kesia-siaan. Artinya, satu kegiatan senantiasa bersambung dengan kegiatan yang lainnya, sehingga tidak ada waktu yang tidak terdefinisikan pemanfaatannya, yang cenderung menjadi kesia-siaan. Jika anda telah selesai shalat Subuh, segera lakukan aktivitas lainnya, sampai saatnya anda siap bekerja. Sesampai di tempat kerja, segera lakukan aktivitas kerja hingga tuntas, setelah tiba waktu pulang, segeralah pulang untuk istirahat. Jika telah cukup istirahat, segera kerjakan aktivitas lainnya, demikian seterusnya, sehingga tidak ada satu detik waktu kita yang terbuang percuma.
Ingat, waktu adalah milik manusia yang paling berharga. Kalau sebagian orang mengatakan “time is money”, sesungguhnya yang terjadi lebih dari itu. Jika uang kita hilang satu juta rupiah hari ini, besok kita bisa mendapatkan yang lebih banyak dari itu. Namun jika waktu kita hilang satu jam hari ini, kita tidak akan bisa mencari gantinya pada kesempatan yang lain. Begitu waktu terbuang, ia benar-benar hilang dan tak akan tergantikan dengan tambahan waktu di hari berikutnya.
Setiap pergantian bulan, kita selalu diingatkan dengan pesan penting ini: optimalkan waktu anda. Ramadhan sebentar lagi berlalu, berganti Syawal. Betapa cepat waktu berlalu, mana ibadahmu ? Mana tilawah dan tadarusmu ? Mana rakaat panjang dalam tarawihmu ? Mana istighfarmu ? Mana taubatmu ? Mana infakmu ? Mana zakatmu ? Mana dzikirmu ? Padahal hari-hari sangat cepat berganti, Ramadhan sudah mau pergi, namun mengapa masjid semakin sepi ?
Ramadhan sebentar lagi berlalu. Lalu, dimanakah taqwamu ?
Sumber:Islamedia