Masih Proses, Mohon Sabar...

Minggu, 12 Juni 2011

Melahirkan Pemimpin Panutan

Pemilihan Umum akan dimulai tahun 2014. Namun, suhu politik nasional mulai memanas awal tahun ini. Kondisi tersebut semakin “genting” mengingat pada pemilu 2014 nanti, para figur lama dipastikan tidak akan lagi masuk ring karena kehabisan simpati publik dan terjegal aturan main. 
Merespon minimnya tokoh partai yang memiliki tingkat elektabilitas tinggi, sejumlah partai politik mencoba memunculkan wajah baru ke hadapan publik. Tes pasar pun dilakoni untuk mengetahui tingkat popularitas mereka.
Tak cukup sampai di situ, menyadari rendahnya tingkat ketokohan calon, partai politik melakukan berbagai strategi. Dengan menggandeng sejumlah lembaga survei, mereka memoles citra para calon agar pada saatnya nanti mereka siap memenangkan pemilu.
Entah apa lagi yang akan dilakukan partai politik untuk mem-permak calonnya agar kelihatan menarik di mata konstituen. Yang jelas, trik dan strategi mengkampanyekan jagonya dapat dipastikan akan terus berjalan hingga pemilu 2014 tiba. 
Di sini, di negeri ini, seperti halnya di negeri lainnya, terkait dengan politik, tidak ada yang gratisan. Sekecil apa pun usaha dilakukan, menyedot dana tidak sedikit. Apatah lagi untuk memoles citra politik tokoh selama empat tahun lamanya, triliunan rupiah akan tergelontorkan habis.
Triliunan rupiah uang digelontorkan untuk membangun citra tokoh. Bertahun-tahun tenaga dan pikiran terkuras habis memperkenalkan figur. Tanpa peduli, berbagai aturan, baik agama maupun negara mungkin dilabrak untuk melambungkan calonnya. Namun, apakah itu semua memberikan jaminan akan lahir pemimpin yang bertanggung jawab? 
Jika sebuah pertanyaan diajukan kepada Anda. Dan Anda harus menjawab dengan jujur. Dengan gontoran uang triliunan rupiah seperti di atas apakah Anda yakin akan terbentuk pemerintah yang bertanggung jawab melayani rakyatnya?
Sama seperti Anda, saya dan kita semua, sepakat mustahil akan terbentuk dan terlahir seorang pemimpin dan pemerintahan yang bertanggung jawab melayani rakyatnya melalui cara-cara “kotor” seperti itu. 
Semua sepakat dengan cara-cara “karbitan” seperti itu, mustahil akan terlahir pemimpin-pemimpin besar dan berkualitas tinggi sekelas Khulafaur Rasyidin, Abu Bakar Ashshiddiq, Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib.  
Atau dengan cara seperti itu mustahil pula akan terlahir pemimpin adil sekualitas Umar bin Abdul Aziz. Para khalifah Muslim itu memiliki rasa tanggung jawab besar dalam mengemban amanah yang di pinggul di pundak mereka sebagai pemimpin. 
Lisan yang diucapkan para pemimpin Islam ternama itu, selaras dengan perbuatannya. Mereka sadar akan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Karena itu, jabatan sebagai presiden, khalifah tidak lantas membuat mereka angkuh dan congkak hingga hanya mau dilayani dan tidak mau melayani rakyatnya. 
Sebaliknya, dengan jabatan sebagai pemimpin umat di pundaknya, mereka tawadhu berharap pertolongan dan dukungan hanya dari Allah SWT. Karena rasa tanggung jawab yang besar dan takut akan kelalaiannya, itulah jawabannya mengapa Umar sangat khawatir ada seekor unta hilang dan mati karena kesalahannya. 
Sekali lagi, dengan cara-cara “karbitan” di atas, sangat jauh terlahir pemimpin besar di negeri ini. Padahal, dari pemimpin besar yang bertanggung jawab dan bermoral itulah sebuah negeri dan pemerintah itu akan tegak dengan benar. Dari mereka pula kesejahteraan dan keadilan terlaksana. 
Ibarat rumah, para pemimpin berakhlaq mulia adalah tiang-tiang penyangga bagi tegaknya bangunan pemerintahan yang berwibawa. Mereka merupakan pilar kokoh yang menyangga bangunan pemerintahan sebuah negeri.
Tanpa pemimpin besar tersebut, sebuah negeri bak gubuk yang mudah roboh saat angin topan menyapu dan mudah hancur ketika hujan petir menyapa.  
Beranikah pemimpin di negeri ini mencontoh Abu Bakar ra. Ketika diangkat menjadi pemimpin, berani berbicara lantang kepada rakyatnya, “Wahai rakyatku, aku dulu bekerja untuk keluargaku. Akulah yang menghasilkan makan buat mereka. Namun, kini aku bekerja untuk kalian, maka bayarlah aku dari baitul maal kalian.”  
Cukuplah Nabi saw dan para sahabat serta orang-orang shalih sebagai teladan bagi kita. Kepemimpinan mereka terbukti mendatangkan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyatnya.
 
Sumber : Majalah SABILI No 12 TH XVIII

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes