Ruhul istijabah adalah sikap diri yang selalu siap siaga didalam menyambut seruan Alloh dan Rasulnya dalam setiap keadaan, baik ringan ataupun berat (hifafau watsiqola), dalam keadaan lapang atau pun sempit. Dan ruhul istijabah ini akan selalu hadir dalam jiwa manakala kita memiliki kekuatan keimanan (Quwwatul Iman), Tanpa kekuatan iman tubuh kita tak akan mendapatkan support untuk melaksanakan Ibadah dan ketaatan kepada Alloh SWT. jika ada orang yang dalam keadaan lemah iman masih tetap melaksanakan ibadah, dapat dipastikan bahwa ibadah yang dilakukannya tidak akan maksimal,atau mungkin karena terpaksa, atau karena ikut-ikutan, atau mungkin karena ada maksud lain yang tersembunyi didalam hati.
Ruhul istijabah juga berarti sikap reflektif yang muncul karena adanya idealisme dalam diri seseorang yang merindukan Kejayaan Islam , Sikap ini akan melahirkan Semangat dakwah ( Jiddiyah da’wiyah) yang begitu tinggi ,sehingga menggairahkan kader dakwah tersebut untuk mengorganisir kerja dakwahnya dalam bentuk kerja sama (amal jama’I) , membangun lembaga dakwah (wajihah) bahkan siap berkorban (Tadhiyah) demi suksesnya program-program dakwahnya. sikap seperti inilah yang terlihat ketika para sahabat Rasululoh mendengarkan surat ali imran : 92 dimana para sahabat saling berebut berinfaq dijalan Alloh swt bahkan menyerahkan segala apa yang mereka miliki demi menegakkan RisalahNya dimuka bumi.
لَن تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan sebelum kamu menafkahkan sebagian dari harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesung¬guhnya Allah mengetahuinya.” (Q.s. Ali Imran: 92).
Sikap ini pula yang terlihat saat sahabat rasul yang bernama handzolah melompat dari tempat tidurnya karena mendengar instruksi jihad dikumandangkan, dengan gagah beraninya dia berkelebat menghunuskan pedangnya hingga mati menjadi syuhada . padahal disaat itu dia sedang menikmati indahnya malam pengantin bersama istri yang baru dinikahinya dipagi hari, dan diapun syahid dalam keadaan junub, tubuhnya basah kuyub padahal saat itu tiada setetespun air hujan turun kebumi, ternyata rasul menjadi saksi bahwa jenazah handzolah dimandikan oleh malaikat…. Subhanalloh
Begitu pula dengan Amr bin Jamuh, seorang sahabat Rasulullah yang memiliki empat orang putra yang kesemuanya adalah mujahid yang setia bersama Rasulullah dalam setiap peperangan. Ketika rencana perang badar telah digulirkan maka Amr telah berketetapan hati untuk menyambut seruan Rasulullah tersebut dengan mempersiapkan seluruh perbekalan. Tetapi keempat putranya memohon kepada Nabi agar ayahnya mengurungkan niatnya untuk berangkat atau bila terpaksa dengan larangan Nabi karena uzur syar’i yang dimiliki Amr, yaitu kaki yang pincang, sangat pincang. Nabi pun menyampaikan kepada Amr bahwa Islam membebaskan dirinya dari kewajiban perang, dengan alasan ketidakmampuan disebabkan cacat kakinya yang berat itu. Tetapi ia tetap memaksa dan minta diizinkan. Hingga akhirnya Rasulullah mengeluarkan perintah agar ia tetap tinggal di madinah.
Ketika panggilan jihad Uhud tiba, kali ini amr bin jamuh tidak dapat dihalangi lagi tekadnya untuk ikut serta berperang, dengan mengadu kepada Rasulullah tentang sikap anak-anaknya yang tidak mengijinkan beliau berangkat dengan berkata: “Wahai Rasulullah, anak-anakku menghalangiku untuk keluar bersamamu. Demi Allah, aku sungguh berharap mati syahid sehingga dengan kakiku yang pincang ini,aku dapat berjalan-jalan disurga.” Akhirnya Ia pun bergabung bersama Rasulullah saw dan gugurlah beliau sebagai syuhada uhud…..Allohu akbar
Alangkah indahnya perjalanan dakwah kita hari ini bila dipenuhi oleh kader-kader dakwah yang memiliki ruhul istijabah. Tidak ada lagi kader yang k’ed’er (banyak membuat alasan), saat panggilan dakwah datang masih bingung memilih yang mana yang harus prioitaskan / didahulukan, kepentingan dakwah atau kepentingan pribadi. bahkan kadang-kadang anak dan istri menjadi kambing hitam atas kelemahan iman dan semangat dakwah kita.
Alangkah nikmatnya bekerjasama (amal jamai) dengan orang yang memiliki ruhul istijabah disetiap derap langkah dakwah merekalah yang berdiri digarda terdepan dalam perjuangan membangun masa depan islam yang gemilang. Tak banyak bicara tapi lebih banyak bekerja, tak melulu teori tapi juga praktek, merekalah para pejuang dakwah yang jika diseru mereka menjawab,” sami’na waatho’na (kami dengar dan kami taat), atau ‘”labbaik wasa’daiq”( kami datang dan siap laksanakan perintah dengan senang hati)
Alloh berfirman :
انْفِرُواْ خِفَافاً وَثِقَالاً وَجَاهِدُواْ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”(Attaubah :41)
Alloh berfirman
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila kamu diseru kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu , ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (Al-anfal : 24)
Semoga kita menjadi orang yang memiliki ruhul istijabah, karena hanya dengan Semangat menyambut seruan dakwah kita dapat membuktikan bahwa kita adalah kader dakwah. Tidak disebut da’I jika tak berdakwah, tidak disebut muharrik jika tak bergerak, tidak disebut aktifis jika tidak aktif, dan bukan kader dakwah jika masih k’ed’er…
Wallohu alam
Oleh : Ustadz Muhammad Ridwan
Sumber : Islamedia
0 komentar:
Posting Komentar