Angka golput mencapai 38,1 persen.
Pemilihan umum (pemilu) legislatif dan pemilu presiden (pilpres) masih tiga tahun lagi. Namun demikian, sejumlah partai politik sudah melakukan konsolidasi untuk persiapan Pemilu 2014 mendatang. Ada yang sedang mempersiapkan pembentukan pengurus daerah (cabang maupun wilayah) bagi partai baru, pergantian pengurus lama melalui musyawarah daerah (musda, muscab, atau muswil), pembenahan internal, maupun pengaderan calon pemilih pada 2014 nanti. Semuanya dilakukan demi meningkatkan perolehan suara pada pemilu mendatang.
Berbagai persoalan yang saat ini dialami sejumlah partai politik memberi implikasi besar bagi parpol bersangkutan. Sebut saja, partai yang saat ini sedang berkuasa, yakni Demokrat, yang sedang dihadapkan kasus besar akibat dugaan penyuapan yang dilakukan oleh salah satu kadernya, Muhammad Nazaruddin. Nazaruddin dipecat dari jabatannya sebagai bendahara umum partai demokrat karena diduga terlibat dalam kasus proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang dan dugaan gratifikasi pada Sekjen MK, Janedjri M Ghaffar, sebesar 120 ribu dolar Singapura. Partai penguasa ini pada Pemilu 2009 silam menduduki posisi puncak dengan perolehan suara sebesar 22 persen dari total pemilih dan berhasil mengantarkan kader-kadernya menguasai parlemen.
Partai lainnya yang juga sempat tersangkut masalah adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setidaknya, ada dua kasus yang pernah melilit partai bernapaskan Islam ini, yakni kasus dengan salah seorang pendiri Partai Keadilan, Yusuf Supendi, dan kadernya yang duduk di DPR, yaitu Arifinto, kedapatan sedang asyik menyaksikan video porno.
Begitu juga sejumlah partai lainnya yang masih terlibat dalam persoalan internal partai seperti PPP dan PKB. Lalu, bagaimana dengan kesiapan partai tersebut dan partai baru seperti Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Nasional Republik (Nasrep), Partai Persatuan Nasional (PPN, hasil koalisi 12 parpol yang tidak lolos parliamentary threshold (PT), dan Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia (PKBI) yang didirikan Yenny Wahid dalam menghadapi Pemilu 2014 mendatang? Mampukah partai tersebut lolos dari jeratan PT yang berkisar antara 3-5 persen?
Lalu, bagaimana seandainya pemilu legislatif dilaksanakan pada 2011 ini? Ternyata hasilnya sungguh mengagetkan. Setidaknya, itu yang berhasil dihimpun Republika Online melalui jajak pendapat pemilih melalui situs www.republika.co.id. Polling diselenggarakan mulai Selasa (24/5) hingga Kamis (26/5) tentang pilihan mereka pada partai politik. Kemudian, polling ini dilengkapi pula dengan alasan masyarakat untuk memilih partai politik. Untuk jajak pendapat kedua ini, Republika Online menyelenggarakan mulai Jumat (27/5) sampai Ahad (29/5) pukul 17.00 WIB.
Pada pekan sebelumnya (Senin-Ahad, 16-23 Mei), Republika Online juga menyelenggarakan jajak pendapat tentang kepercayaan rakyat pada parpol. Hasilnya, lebih 67,38 persen (440 orang dari 653 responden) menyatakan sudah tidak percaya lagi dengan parpol. Dan kurang dari tujuh persen yang masih menaruh harapan besar (tinggi) pada parpol untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat.
Lalu, bagaimana jika pemilu legislatif diselenggarakan pada tahun 2011 ini? Ternyata, responden Republika Online menyatakan akan memilih partai politik yang lebih amanah. Dan pada jajak pendapat kali ini, PKS, kendati sempat didera oleh perbuatan asusila kadernya yang menyaksikan video porno disaat rapat sedang berlangsung, masih mendapat tempat di hati responden. Partai yang dipimpin oleh Luthfi Ishaaq ini memperoleh dukungan sebesar 39,06 persen (816 responden) dari total pemilih sebanyak 2089 orang.
Dominasi Partai Demokrat dalam dua pemilu sebelumnya (2004 dan 2009), pada 'pemilu' ini hanya memperoleh suara sebanyak 7,08 persen (148 orang). Sebuah angka penurunan yang sangat menyesakkan. Kondisi ini tentunya harus menjadi perhatian partai berlambang bintang mercy ini untuk memperbaiki citra partainya sebelum pemilu sesungguhnya diselenggarakan.
Sedangkan partai lainnya, seperti PDIP hanya memperoleh 1,44 persen suara, Golkar (2,25 persen), PAN (3,26 persen), PKB (0,81 persen), PPP (1,77 persen), Hanura (0,29 persen), dan Gerindra (1,96 persen). Partai pendatang baru seperti Nasdem memperoleh dukungan sebesar 2,58 persen atau lebih banyak dibandingkan dengan suara Golkar, PDIP, dan partai-partai lainnya. Secara urutan, Nasdem menduduki posisi ketiga setelah PKS dan PAN.
Sementara itu, partai bentukan Tommy Soeharto, yakni Partai Nasional Republik (Nasrep), tampaknya harus lebih mematangkan diri lagi. Begitu juga dengan partai lainnya, seperti PKBI dan PPN. Sebab, 1,2 persen responden akan memilih selain partai-partai tersebut.
Golput
Satu hal yang harus menjadi perhatian pengurus parpol dan juga Komisi Pemilihan Umum (KPU) ialah mereka harus aktif mendorong keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu mendatang. Sebab, berdasarkan hasil polling ini, lebih dari 38 persen masyarakat memilih golput (tidak berpartisipasi, atau berpartisipasi namun abstain). Jumlah ini hampir setara dengan perolehan suara PKS. Untuk itulah, kondisi ini harus menjadi perhatian semua pihak agar masyarakat turut terlibat aktif dalam pemilu mendatang. Dan setidaknya, suara golput harus bisa dijadikan rujukan setiap parpol untuk memperoleh dukungan suara dengan menunjukkan visi, misi, citra, amanah, dan bertanggung jawab agar mereka percaya dengan parpol yang akan dipilih.
Sebab, alasan masyarakat memilih parpol ialah karena dilandasi oleh pengurus parpol yang amanah (40 persen), visi dan misi parpol (26,67 persen), figur atau tokoh parpol (7,27 persen), citra parpol (5,45 persen), uang (3,64 persen), janji parpol (1,21 persen), dan yang sekadar ikut-ikutan (1,21 persen).Sementara itu, faktor lainnya, yakni bukan karena alasan di atas ialah sebanyak 14,55 persen responden. Artinya, mereka memilih karena faktor lain yang bisa memberikan harapan positif bagi mereka.
Seandainya pemilu dilaksanakan pada 2011 ini, partai manakah yang akan Anda pilih?
- Demokrat (7,08 persen, 148 orang)
- PDIP (1,44 persen, 30 orang)
- Golkar (2,25 persen, 47 orang)
- PKS (39,06 persen, 816 orang)
- PAN (3,26 persen, 68 orang)
- PKB (0,81 persen, 17 orang)
- PPP (1,77 persen, 37 orang)
- Hanura (0,29 persen, 6 orang)
- Gerindra (1,96 persen, 41 orang)
- Nasdem (2,58 persen, 54 orang)
- Nasrep (0,19 persen, 4 orang)
- Lainnya (1,2 persen, 25 orang)
- Golput (38,1 persen, 796 orang)
N = 2089 suara
Pukul 19.00, Jumat, 27 Mei 2011
" Demokrat (148 orang) =12 persen
" PDIP (30 orang) = 4 persen
" Golkar (47 orang) = 2 persen
" PKS (816 orang) = 63 persen
" PAN (68 orang) = 5 persen
" PKB (17 orang) = 1 persen
" PPP (37 orang) = 3 persen
" Hanura (6 orang) = 1 persen
" Gerindra (41 orang) = 3 persen
" Nasdem (54 orang) = 4 persen
" Nasrep (4 orang) = 0 persen
" Lainnya (25 orang) = 2 persen
N 1293 orang
Apa alasan Anda memilih partai politik (parpol)?
" Citra parpol (5,45 persen, 9 orang)
" Figur atau tokoh parpol (7,27 persen, 12 orang)
" Amanah (40 persen, 66 orang)
" Visi dan misi parpol (26,67 persen, 44 orang)
" Janji parpol (1,21 persen, 2 orang)
" Uang (3,64 persen, 6 orang)
" Ikut-ikutan (1,21 persen, 2 orang)
" Bukan karena semuanya (14,55 persen, 24 orang)
N = 165, pukul 17.00, Ahad (29/5)
Pemilihan umum (pemilu) legislatif dan pemilu presiden (pilpres) masih tiga tahun lagi. Namun demikian, sejumlah partai politik sudah melakukan konsolidasi untuk persiapan Pemilu 2014 mendatang. Ada yang sedang mempersiapkan pembentukan pengurus daerah (cabang maupun wilayah) bagi partai baru, pergantian pengurus lama melalui musyawarah daerah (musda, muscab, atau muswil), pembenahan internal, maupun pengaderan calon pemilih pada 2014 nanti. Semuanya dilakukan demi meningkatkan perolehan suara pada pemilu mendatang.
Berbagai persoalan yang saat ini dialami sejumlah partai politik memberi implikasi besar bagi parpol bersangkutan. Sebut saja, partai yang saat ini sedang berkuasa, yakni Demokrat, yang sedang dihadapkan kasus besar akibat dugaan penyuapan yang dilakukan oleh salah satu kadernya, Muhammad Nazaruddin. Nazaruddin dipecat dari jabatannya sebagai bendahara umum partai demokrat karena diduga terlibat dalam kasus proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang dan dugaan gratifikasi pada Sekjen MK, Janedjri M Ghaffar, sebesar 120 ribu dolar Singapura. Partai penguasa ini pada Pemilu 2009 silam menduduki posisi puncak dengan perolehan suara sebesar 22 persen dari total pemilih dan berhasil mengantarkan kader-kadernya menguasai parlemen.
Partai lainnya yang juga sempat tersangkut masalah adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setidaknya, ada dua kasus yang pernah melilit partai bernapaskan Islam ini, yakni kasus dengan salah seorang pendiri Partai Keadilan, Yusuf Supendi, dan kadernya yang duduk di DPR, yaitu Arifinto, kedapatan sedang asyik menyaksikan video porno.
Begitu juga sejumlah partai lainnya yang masih terlibat dalam persoalan internal partai seperti PPP dan PKB. Lalu, bagaimana dengan kesiapan partai tersebut dan partai baru seperti Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Nasional Republik (Nasrep), Partai Persatuan Nasional (PPN, hasil koalisi 12 parpol yang tidak lolos parliamentary threshold (PT), dan Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia (PKBI) yang didirikan Yenny Wahid dalam menghadapi Pemilu 2014 mendatang? Mampukah partai tersebut lolos dari jeratan PT yang berkisar antara 3-5 persen?
Lalu, bagaimana seandainya pemilu legislatif dilaksanakan pada 2011 ini? Ternyata hasilnya sungguh mengagetkan. Setidaknya, itu yang berhasil dihimpun Republika Online melalui jajak pendapat pemilih melalui situs www.republika.co.id. Polling diselenggarakan mulai Selasa (24/5) hingga Kamis (26/5) tentang pilihan mereka pada partai politik. Kemudian, polling ini dilengkapi pula dengan alasan masyarakat untuk memilih partai politik. Untuk jajak pendapat kedua ini, Republika Online menyelenggarakan mulai Jumat (27/5) sampai Ahad (29/5) pukul 17.00 WIB.
Pada pekan sebelumnya (Senin-Ahad, 16-23 Mei), Republika Online juga menyelenggarakan jajak pendapat tentang kepercayaan rakyat pada parpol. Hasilnya, lebih 67,38 persen (440 orang dari 653 responden) menyatakan sudah tidak percaya lagi dengan parpol. Dan kurang dari tujuh persen yang masih menaruh harapan besar (tinggi) pada parpol untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat.
Lalu, bagaimana jika pemilu legislatif diselenggarakan pada tahun 2011 ini? Ternyata, responden Republika Online menyatakan akan memilih partai politik yang lebih amanah. Dan pada jajak pendapat kali ini, PKS, kendati sempat didera oleh perbuatan asusila kadernya yang menyaksikan video porno disaat rapat sedang berlangsung, masih mendapat tempat di hati responden. Partai yang dipimpin oleh Luthfi Ishaaq ini memperoleh dukungan sebesar 39,06 persen (816 responden) dari total pemilih sebanyak 2089 orang.
Dominasi Partai Demokrat dalam dua pemilu sebelumnya (2004 dan 2009), pada 'pemilu' ini hanya memperoleh suara sebanyak 7,08 persen (148 orang). Sebuah angka penurunan yang sangat menyesakkan. Kondisi ini tentunya harus menjadi perhatian partai berlambang bintang mercy ini untuk memperbaiki citra partainya sebelum pemilu sesungguhnya diselenggarakan.
Sedangkan partai lainnya, seperti PDIP hanya memperoleh 1,44 persen suara, Golkar (2,25 persen), PAN (3,26 persen), PKB (0,81 persen), PPP (1,77 persen), Hanura (0,29 persen), dan Gerindra (1,96 persen). Partai pendatang baru seperti Nasdem memperoleh dukungan sebesar 2,58 persen atau lebih banyak dibandingkan dengan suara Golkar, PDIP, dan partai-partai lainnya. Secara urutan, Nasdem menduduki posisi ketiga setelah PKS dan PAN.
Sementara itu, partai bentukan Tommy Soeharto, yakni Partai Nasional Republik (Nasrep), tampaknya harus lebih mematangkan diri lagi. Begitu juga dengan partai lainnya, seperti PKBI dan PPN. Sebab, 1,2 persen responden akan memilih selain partai-partai tersebut.
Golput
Satu hal yang harus menjadi perhatian pengurus parpol dan juga Komisi Pemilihan Umum (KPU) ialah mereka harus aktif mendorong keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu mendatang. Sebab, berdasarkan hasil polling ini, lebih dari 38 persen masyarakat memilih golput (tidak berpartisipasi, atau berpartisipasi namun abstain). Jumlah ini hampir setara dengan perolehan suara PKS. Untuk itulah, kondisi ini harus menjadi perhatian semua pihak agar masyarakat turut terlibat aktif dalam pemilu mendatang. Dan setidaknya, suara golput harus bisa dijadikan rujukan setiap parpol untuk memperoleh dukungan suara dengan menunjukkan visi, misi, citra, amanah, dan bertanggung jawab agar mereka percaya dengan parpol yang akan dipilih.
Sebab, alasan masyarakat memilih parpol ialah karena dilandasi oleh pengurus parpol yang amanah (40 persen), visi dan misi parpol (26,67 persen), figur atau tokoh parpol (7,27 persen), citra parpol (5,45 persen), uang (3,64 persen), janji parpol (1,21 persen), dan yang sekadar ikut-ikutan (1,21 persen).Sementara itu, faktor lainnya, yakni bukan karena alasan di atas ialah sebanyak 14,55 persen responden. Artinya, mereka memilih karena faktor lain yang bisa memberikan harapan positif bagi mereka.
Seandainya pemilu dilaksanakan pada 2011 ini, partai manakah yang akan Anda pilih?
- Demokrat (7,08 persen, 148 orang)
- PDIP (1,44 persen, 30 orang)
- Golkar (2,25 persen, 47 orang)
- PKS (39,06 persen, 816 orang)
- PAN (3,26 persen, 68 orang)
- PKB (0,81 persen, 17 orang)
- PPP (1,77 persen, 37 orang)
- Hanura (0,29 persen, 6 orang)
- Gerindra (1,96 persen, 41 orang)
- Nasdem (2,58 persen, 54 orang)
- Nasrep (0,19 persen, 4 orang)
- Lainnya (1,2 persen, 25 orang)
- Golput (38,1 persen, 796 orang)
N = 2089 suara
Pukul 19.00, Jumat, 27 Mei 2011
" Demokrat (148 orang) =12 persen
" PDIP (30 orang) = 4 persen
" Golkar (47 orang) = 2 persen
" PKS (816 orang) = 63 persen
" PAN (68 orang) = 5 persen
" PKB (17 orang) = 1 persen
" PPP (37 orang) = 3 persen
" Hanura (6 orang) = 1 persen
" Gerindra (41 orang) = 3 persen
" Nasdem (54 orang) = 4 persen
" Nasrep (4 orang) = 0 persen
" Lainnya (25 orang) = 2 persen
N 1293 orang
Apa alasan Anda memilih partai politik (parpol)?
" Citra parpol (5,45 persen, 9 orang)
" Figur atau tokoh parpol (7,27 persen, 12 orang)
" Amanah (40 persen, 66 orang)
" Visi dan misi parpol (26,67 persen, 44 orang)
" Janji parpol (1,21 persen, 2 orang)
" Uang (3,64 persen, 6 orang)
" Ikut-ikutan (1,21 persen, 2 orang)
" Bukan karena semuanya (14,55 persen, 24 orang)
N = 165, pukul 17.00, Ahad (29/5)
Sumber : Republika Online
0 komentar:
Posting Komentar