Lelaki
dan perempuan itu tampak duduk berdua di sebuah kursi. Jemari mereka
tampak saling berjalin.Ini adalah minggu pertama pernikahan mereka.
Tanpa mereka saling mengenal dalam sebelumnya, ini adalah hari-hari
saling bercerita. Menyatukan rasa, memadukan paham. Dan hari ini, mereka
sedang bicara tentang cinta.
Tepatnya tentang bagaimana cara mencintai.
“Aku ingin engkau mencintaiku dengan cara PKS!” ujar sang istri, tiba-tiba.
Sang lelaki terkejut, “Mengapa? Bagaimana?” tanyanya heran.
“Pertama, aku ingin engkau mencintaiku dengan bersih,” lanjut sang istri.
“Maksudnya?” tanya si lelaki.
“Engkau harus mencintaiku semata-mata karena Allah, bukan karena harta atau wajahku.”
“Cintamu padaku haruslah bersih, tidak engkau kotori dengan cinta terhadap perempuan lain, kecuali pada ibumu.”
“Ya,” respon sang suami.
“Kemudian kedua, aku ingin engkau mencintaiku dengan penuh peduli,” lanjut sang istri.
“Maknanya?”
“Engkau harus peduli dengan perasaanku, dan memahami rasa batinku,” lanjutnya.
“Engkau mendengarkan saat aku ingin bercerita, engkau berempati saat aku merasa sakit.”
“Engkau pun harus menumbuhkan benih-benih dan menjaga tumbuhnya cinta kita berdua dengan penuh romantisme.”
“Insya Allah,” jawab sang suami.
“Selanjutnya ketiga, aku ingin engkau mencintaiku dengan profesional,” lanjut sang istri.
“Artinya?”
“Engkau harus tahu ilmu mengelola keluarga dan terampil menjalankannya.”
“Dan engkau pun harus disiplin didalam memimpin dan mendidik keluargamu.”
“Baiklah,” jawab sang suami.
“Selanjutnya sesudah engkau bersih, peduli dan profesional mencintaiku maka setelah itu kamu harus bekerja. Kalau engkau pengangguran, mau akan engkau kasih makan apa keluargamu ini?”
“Tetapi bekerjamu harus menghasilkan harta yang bersih, yang sah dan halal, yang kau lakukan sebagai bentuk pedulimu kepada keluargamu, dan engkau laksanakan secara sungguh-sungguh dan profesional.”
“Ohh begitu.. baiklah,” angguk sang suami pelan.
Tepatnya tentang bagaimana cara mencintai.
“Aku ingin engkau mencintaiku dengan cara PKS!” ujar sang istri, tiba-tiba.
Sang lelaki terkejut, “Mengapa? Bagaimana?” tanyanya heran.
“Pertama, aku ingin engkau mencintaiku dengan bersih,” lanjut sang istri.
“Maksudnya?” tanya si lelaki.
“Engkau harus mencintaiku semata-mata karena Allah, bukan karena harta atau wajahku.”
“Cintamu padaku haruslah bersih, tidak engkau kotori dengan cinta terhadap perempuan lain, kecuali pada ibumu.”
“Ya,” respon sang suami.
“Kemudian kedua, aku ingin engkau mencintaiku dengan penuh peduli,” lanjut sang istri.
“Maknanya?”
“Engkau harus peduli dengan perasaanku, dan memahami rasa batinku,” lanjutnya.
“Engkau mendengarkan saat aku ingin bercerita, engkau berempati saat aku merasa sakit.”
“Engkau pun harus menumbuhkan benih-benih dan menjaga tumbuhnya cinta kita berdua dengan penuh romantisme.”
“Insya Allah,” jawab sang suami.
“Selanjutnya ketiga, aku ingin engkau mencintaiku dengan profesional,” lanjut sang istri.
“Artinya?”
“Engkau harus tahu ilmu mengelola keluarga dan terampil menjalankannya.”
“Dan engkau pun harus disiplin didalam memimpin dan mendidik keluargamu.”
“Baiklah,” jawab sang suami.
“Selanjutnya sesudah engkau bersih, peduli dan profesional mencintaiku maka setelah itu kamu harus bekerja. Kalau engkau pengangguran, mau akan engkau kasih makan apa keluargamu ini?”
“Tetapi bekerjamu harus menghasilkan harta yang bersih, yang sah dan halal, yang kau lakukan sebagai bentuk pedulimu kepada keluargamu, dan engkau laksanakan secara sungguh-sungguh dan profesional.”
“Ohh begitu.. baiklah,” angguk sang suami pelan.
Bersih, Peduli, Profesional dan Bekerja untuk Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar