JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia diminta tidak mengikuti agenda Amerika Serikat dalam mengantisipasi potensi kekerasan dan terorisme oleh generasi muda Indonesia. Justru, kepemimpinanlah yang harus diperkuat untuk mengantisipasi potensi kekerasan dan terorisme yang ditunjukkan oleh survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian bahwa 49 persen siswa menyetujui aksi radikal dalam menyelesaikan masalah agama dan moral.
"Mengubah
kurikulum itu agenda Amerika Serikat untuk terorisme di Timur Tengah.
Indonesia tak perlu ikut-ikutan menyuarakan agenda AS untuk negeri kita.
Biarlah itu untuk Timur Tengah dan jangan dibawa di dalam negeri," kata
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaq di Hotel Sahid Jaya, Senin (2/5/2011).
Menurut dia, peran pemimpin, baik negara maupun institusi-institusi yang lebih kecil, termasuk sekolah
dan keluarga yang seharusnya diperkuat. Kepemimpinan harus memberikan
perhatian penuh bagi generasi muda. Salah satunya dengan membuka
seluas-luasnya kanal bagi para pemuda dan remaja untuk menyalurkan
aspirasi mereka.
Para pemimpin juga harus duduk bersama
untuk memberikan harapan yang cerah bagi aspirasi para generasi muda
tersebut, dengan merumuskan solusi yang konkret daripada sekadar janji
yang tak jelas juntrungannya. Kalaupun Indonesia disebut sebagai lahan
subur terorisme saat ini, Luthfi mengatakan, negara lain juga
mengalaminya.
"Indonesia bukan
satu-satunya negara yang seperti itu. Yang harus dievaluasi, kan,
harusnya bukan anak-anak SMA saja, tetapi juga seluruh pimpinan formal
dan informal harus mengevaluasi diri agar bisa
mengambil peran yang konstruktif terhadap anak-anak SMA dan mahasiswa
saat ini. Mereka, kan, selama ini merasa tak memiliki saluran aspirasi,
tak merasa diperhatikan, hak-hak tak dipenuhi sehingga mengambil
langkah-langkah destruktif," katanya.
Semua pihak, mulai dari
keluarga, guru, dosen, pimpinan masyarakat, hingga tokoh agama
seharusnya mengambil peran untuk melakukan pendidikan yang komprehensif.
Pendekatan ini harus dibarengi pula dengan pendekatan represif dan
antisipatif oleh aparat keamanan.
0 komentar:
Posting Komentar