Ketika perempuan tampil di ruang publik, dia harus punya stamina kuat baik fisik dan psikologis. Selain itu kemampuan mengatur waktu agar fungsi publik dan domestik terbagi dengan proporsional juga sangat penting. Yoyoh Yusroh memiliki keduanya, stamina tangguh dan kemampuan manajemen waktu. Demikian disampaikan Netty Prasetyani, istri Gubernur Jawa Barat saat mengantarkan jenazah Yoyoh Yusroh ke pemakaman, di Kampung Benda, Tangerang (21/5).
Saat ini, agak jarang perempuan mampu mengambil peran publik yang sama baik dengan peran domestiknya. Namun Yoyoh Yusroh mampu melakukannya, dan tidak ada gangguan sama sekali dalam menjalankan dua peran sekaligus. “Terbukti dengan kehadiran anak-anaknya yang sholih dan sholihat, serta terdidik dengan baik”, tutur Netty.
Karenanya sulit bagi bangsa ini untuk tidak kehilangan sosok setangguh Yoyoh Yusroh. Ketangguhan inilah yang harus dijadikan teladan bagi para kader PKS khususnya, bahkan perempuan Indonesia umumnya. Bahwa peran perempuan di sektor publik tidak lantas mengesampingkan fungsinya sebagai ibu dan istri dalam rumah tangga. “Lihatlah keberhasilan Yoyoh Yusroh dalam mendidik anak-anaknya yang berjumlah 13 itu. Bahkan diantaranya sudah menjadi penghafal Qur’an”, ujar Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Barat ini.
Netty juga mengagumi kesederhanaan dan sosok Yoyoh Yusroh yang demikian bersahaja. “Justru kedua hal ini menjadi modal baginya membangun jaringan dan melebarkan sayap. Hingga Yoyoh Yusroh tidak hanya dicintai oleh kader-kader PKS saja, bahkan oleh “lawan” politiknya”, papar istri dari Ahmad Heryawan yang merupakan Gubernur Jawa Barat. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran ribuan pelayat yang datang untuk menyolatkan dan hadir dalam pemakaman beliau. Mulai dari Tjahyo Kumolo (F-PDIP), Roy Suryo (F-Demokrat), juga Nurul Arifin (F-Golkar).
Konsistensi Yoyoh Yusroh dalam berjuang memang demikian nyata. Perempuan ini selalu hadir dalam setiap aksi kemanusiaan yang dilakukan PKS. Bahkan dirinya juga menyambangi Jalur Gaza yang diblokade oleh Israel, demi menyampaikan bantuan untuk rakyat Palestina. Totalitas dan konsistensi ini yang akan menjadikan usia sejarahnya lebih panjang dari usianya sendiri.
Dalam sms terakhir yang disampaikan murobbiyah kita semua itu, ke salah seorang sahabatnya berbunyi, “Ya Robb aku sedang memikirkan posisiku kelak di Akhirat. Mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita, Khadijah Al Qubro yang berjuang dengan harta dan jiwanya? Atau dengan Hafshah yang dibela Allah saat akan dicerai karena Showwamah dan qowwahmahnya? Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500-an hadits, sedang aku… ehm, 500 juga belum. Atau dengan Ummu Sulaim yang shobirah. Atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad. Atau dengan siapa ya Allah? Tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliyah mereka sehingga aku laik bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di Taman FirdausMu”.
“Saya hanya bisa memuji kebesaran Allah karena menghadirkan sosok setangguh Yoyoh Yusroh dalam da’wah ini. Dan semoga para kader meneladani sosok ummahat yang memiliki daya juang luar biasa. Konsistensi adalah kunci utama kita dalam berjuang. Karena kita sangat sadar, bahwa akhir konsistensi itu hanyalah kematian”, tutup Netty yang juga ibu dari enam anak ini. (ira)
0 komentar:
Posting Komentar