SURABAYA- Gerakan Negara Islam Indonesia
(NII) yang akhir-akhir marak bukanlah gerakan NII yang pernah ada dan
dipimpin oleh SM Kartosuwirjo pada tahun 1949 lalu.
NII saat ini memang bersumber pada gerakan yang sama, karena ada salah satu tokoh NII Kartosuwirjo yang berperan di NII saat ini.
Demikian disampaikan Juru Bicara Jamaah Asharut Tauhid (JAT) Jawa Timur, Dzulqurnain. Bahkan Dzul, sapaan Dzulqurnain, lebih menuding gerakan ini adalah bagian dari skenario intelijen.
"NII saat ini adalah gerakan Intelijen, termasuk dengan cuci otak. Karena itu (cuci otak-red) hanyalah istilah dari intelijen," kata Dzulqornain kepada okezone, Jumat (29/4/2011).
NII dahulu sudah hilang di bumi Indonesia pasca ditumpas karena mengancam NKRI dengan pendirian negara Islam. Sejak saat itu, secara lembaga, Institusi dan Personelnya NII sudah lenyap. Namun ideologi NII masih ada di bumi pertiwi ini.
"Meski sudah hilang tapi ideologinya masih hidup hingga saat ini. Dimana Ideologi tersebut adalah menginginkan terbentuknya negara yang berdasarkan Syariat Islam," tambah Dzul.
Dia menceritakan, munculnya NII saat ini adalah bermula dari pengkhianatan seorang tokoh NII SM Kartosuwirjo bernama Jaelani. Jaelani sendiri merupakan orang kepercayaan dari SM Kartosuwiryo.
Jaelani kemudian berkolaborasi untuk pembusukan NII Kartosuwiryo dengan Ali Moertopo, tokoh Intelijen. Saat itu, NII dibawah pimpinan Kartosuwiryo dapat ditumpas karena dianggap makar terhadap pemerintahan yang sah.
"NII saat ini ada adalah ciptaan kedua orang itu yang kemudian memunculkan tokohnya bernama Panji Gumilang yang merupakan tokoh di Ponpes Al-Zaitun,Indramayu yang kemudian disebut-sebut sebagai NII," ungkapnya. Padahal, kata Dzul, ponpes tersebut hanyalah boneka. Dan pihak kepolisian sudah tahu akan skenario tersebut.
“Tidak ada yang tidak terkonsep dalam sebuah tujuan, dan cuci otak ini tidak lepas dari sebuah pekerjaan intelijen. Tujuannya adalah untuk menekuk siapapun yang tergabung dalam NII dapat ditumpas, otomatis meningkatkan pencitraan," katanya.
Celakanya, NII hasil sepak terjang Intelijen itu menjadi bumerang bagi pemerintah. “Yang paling ditakutkan adalah, NII ini akan bermetafora dan menjadi sebuah jaringan yang mengakar ke Alqaidah. Dan itu akan terjadi jika tidak segera dilakukan antisipasi dini,” ujarnya.
NII saat ini memang bersumber pada gerakan yang sama, karena ada salah satu tokoh NII Kartosuwirjo yang berperan di NII saat ini.
Demikian disampaikan Juru Bicara Jamaah Asharut Tauhid (JAT) Jawa Timur, Dzulqurnain. Bahkan Dzul, sapaan Dzulqurnain, lebih menuding gerakan ini adalah bagian dari skenario intelijen.
"NII saat ini adalah gerakan Intelijen, termasuk dengan cuci otak. Karena itu (cuci otak-red) hanyalah istilah dari intelijen," kata Dzulqornain kepada okezone, Jumat (29/4/2011).
NII dahulu sudah hilang di bumi Indonesia pasca ditumpas karena mengancam NKRI dengan pendirian negara Islam. Sejak saat itu, secara lembaga, Institusi dan Personelnya NII sudah lenyap. Namun ideologi NII masih ada di bumi pertiwi ini.
"Meski sudah hilang tapi ideologinya masih hidup hingga saat ini. Dimana Ideologi tersebut adalah menginginkan terbentuknya negara yang berdasarkan Syariat Islam," tambah Dzul.
Dia menceritakan, munculnya NII saat ini adalah bermula dari pengkhianatan seorang tokoh NII SM Kartosuwirjo bernama Jaelani. Jaelani sendiri merupakan orang kepercayaan dari SM Kartosuwiryo.
Jaelani kemudian berkolaborasi untuk pembusukan NII Kartosuwiryo dengan Ali Moertopo, tokoh Intelijen. Saat itu, NII dibawah pimpinan Kartosuwiryo dapat ditumpas karena dianggap makar terhadap pemerintahan yang sah.
"NII saat ini ada adalah ciptaan kedua orang itu yang kemudian memunculkan tokohnya bernama Panji Gumilang yang merupakan tokoh di Ponpes Al-Zaitun,Indramayu yang kemudian disebut-sebut sebagai NII," ungkapnya. Padahal, kata Dzul, ponpes tersebut hanyalah boneka. Dan pihak kepolisian sudah tahu akan skenario tersebut.
“Tidak ada yang tidak terkonsep dalam sebuah tujuan, dan cuci otak ini tidak lepas dari sebuah pekerjaan intelijen. Tujuannya adalah untuk menekuk siapapun yang tergabung dalam NII dapat ditumpas, otomatis meningkatkan pencitraan," katanya.
Celakanya, NII hasil sepak terjang Intelijen itu menjadi bumerang bagi pemerintah. “Yang paling ditakutkan adalah, NII ini akan bermetafora dan menjadi sebuah jaringan yang mengakar ke Alqaidah. Dan itu akan terjadi jika tidak segera dilakukan antisipasi dini,” ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar