Jakarta - Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Nasional Demokrat pimpinan Surya Paloh hampir setahun berkiprah di Tanah Air. Ragam kritik keras kerap dimunculkan oleh Nasdem terhadap persoalan kebangsaan. Namun, belakangan Nasdem justru dirundung masalah kronis.
Restorasi Indonesia. Kata itulah yang selama setahun terakhir ini dikampanyekan Nasdem ke publik. Memang terdengar cukup ideal, di tengah kebosanan publik terhadap partai politik dan ormas yang sudah ada. Apalagi, dalam beberapa momentum Nasdem kerap melancarkan kritik keras terhadap jalannya pemerintahan SBY-Boediono.
Langkah Surya Paloh bersama para pendukungnya keliling Indonesia untuk membuka perwakilan di tingkat kabupaten dan provinsi juga cukup berhasil. Perwakilan Nasdem tumbuh dimana-mana. Di seantero negeri nyaris berdiri perwakilan Nasdem.
Namun, masa bulan madu Nasdem tak berlangsung lama. Tak sampai menunggu lama, perwakilan Nasdem mulai bertumbangan. Tokoh kharismatik yang dimiliki Nasdem dengan tertib menyingkir dari ormas ini. Sebut saja Sultan HB X, inisiator nasional Nasdem sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan Nasdem mundur dari keanggotaan ormas tersebut.
Kemunduran Sultan HB X tak ubahnya menjadi simbol meredupnya ormas yang belakangan secara perlahan bergeser menjadi Partai Nasdem yang dipimpin oleh para pendiri Ormas Nasdem. Setelah Sultan HB X mundur, tulang punggun Nasdem kian rapuh. Sejumlah aktivis Nasdem di daerah mundur dengan tertib.
Alasan utamanya, Nasdem telah keluar dari khittah. Restorasi Indonesia yang selama ini didengung-dengungkan, hanyalah komoditi semata. Karena faktanya, Nasdem hanya menjadi kendaraan syahwat politik pendirinya. Tak lain Surya Paloh.
Mantan Ketua Dewan Pakar Pengurus Wilayah Nasdem Jawa Barat Tjetje Hiidayata Padmadinata mengaku mulanya tertarik masuk Nasdem dikarenakan ide restorasi Indonesia. Namun dia mengaku kecewa ternyata belakangan Nasdem justru terlibat dalam politik praktis. "Menjadi partai bukanlah solusi perbaikan Indonesia. Perbaikan negeri ini bisa dilakukan banyak cara, salah satunya dengan restorasi," ujarnya di Bandung, Jawa Barat, Minggu (17/7/2011).
Langkah mundur yang diikuti oleh hampir mayoritas pengurus Nasdem Jawa Barat ini, menurut Tjetje agar mereka tidak disamakan sebagai pembohong atau penipu. Sikap demikian diambil, setelah Nasdem secara perlahan berganti baju menjadi partai politik dengan mendaftar di Kementerian Hukum dan HAM sebagai partai politik. "Pengunduran diri ini seperti layu sebelum berkembang. Ini bukan salah orang Jawa Barat, ini salah orang Jakarta," tegasnya.
Sementara mantan Ketua DPW Nasdem Jawa Barat Sudrajat mengaku kecewa dengan sikap pimpinan pusat Nasdem yang tidak menepati komitmen saat Rakernas. Menurut dia, pendirian Partai Nasdem menjadi bukti ketidakjujuran para petinggi Nasdem. "Tadinya kita sepaham dengan visi restorasi yang dikumandangkan Surya Paloh. Tetapi kalau sudah seperti ini, mau dikatakan apapun, kita menolak disamakan sebagai orang partai," jelasnya.
Sudrajat memastikan, langkah mantan pengurus wilayah Nasdem Jawa Barat ini diikuti kepengurusan di level cabang di wilayah itu. Sedikitnya tujuh cabang juga menempuh langkah serupa. Langkah ini dengan sendirinya menggagalkan rencana pendirian Nasdem di beberapa wilayah di Jawa Barat seperti dirancang tim tujuh yang bertugas menyiapkan deklarasi di kabupaten/kota.
Apa yang terjadi ini tampak paradoksal dengan situasi di level pimpinan pusat Nasdem. Di saat bersamaan, Surya Paloh tampak gagal mengkonsolidasikan di internal Nasdem. Meski, tak jarang Nasdem melalui Surya Paloh melancarkan kritik keras terhadap pemerintahan. Seperti saat perayaan ulang tahun ke-60 Surya Paloh Sabtu (16/7/2011) malam, meluncur kritik terhadap pemerintahan yang menyebutkan ketiadaan pemimpin di Indonesia meski memiliki presiden.
Kritik tersebut tak ubahnya "menepuk air didulang muka terpercik". Karena kritik tersebut sejatinya menelanjangi diri sendiri seperti yang tampak di ormas Nasdem. Ormas Nasdem jelas memiliki ketua umum, namun tidak memiliki pemimpin. Ketauladanan pemimpin yang selama ini didengungkan Surya Paloh nyatanya tidak bisa diterapkannya sendiri. [mdr]
Sumber : Inilah.com
0 komentar:
Posting Komentar