لَكِنَّ السَّكِيْنَةَ وَالْوَقَارَ أَحْمَدُ وَأَوْلَى بِهِ مِنَ الْكِبْرِ وَاْلإعْجَابِ.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ لَا يُفَرِّقُ بَيْنَ الْكِبْرِ وَالْوَقَارِ وَهَذَا جَهْلٌ بِمَعْنَاهُمَا
فَأَمَّا الْكِبْرُ وَاْلإِعْجَابُ فَقَدْ يَجْتَمِعَانِ فِي الذَّمِّ وَيَفْتَرِقَانِ فِي الْمَعْنَى، فَاْلإِعْجَابُ يَكُوْنُ فِي النَّفْسِ وَمَا تَظُنُّهُ مِنْ فَضَائِلِهَا، وَالْكِبْرُ يَكُوْنُ بِالْمَنْزِلَةِ وَمَا تَظُنُّهُ مِنْ عُلُوِّهَا
Akan tetapi ketenangan dan kewibawaan lebih terpuji dan lebih utama bagi seorang raja dari pada al-kibr dan ‘ujub.
Sebagian orang ada yang tidak dapat membedakan antara al-kibr dan al-waqar (tenang penuh Wibawa), dan hal ini adalah ketidaktahuan tentang makna keduanya.
Al-kibr dan ‘ujub sama dalam hal dicela, namun keduanya berbeda makna;
• ‘Ujub terkait dengan diri (kepribadian) dan hal-hal yang dipersangkakan olehnya sebagai keutamaan kepribadian itu, sedangkan
• Al-kibr terkait dengan kedudukan dan hal-hal yang dipersangkakan olehnya sebagai ketinggian kedudukan itu
Ada beberapa hal yang dapat saya garis bawahi dari petuah Imam Mawardi ini, diantaranya adalah
1. Sifat al-kibr dan ‘ujub adalah sifat yang tercela, khususnya jika dua sifat ini ada pada seorang raja, atau pemimpin atau pejabat atau politisi. Sebagaimana telah dijelaskan pada PETUAH_6.
2. Yang harus dimiliki oleh seorang raja, atau pemimpin, atau pejabat, atau politisi adalah sifat dan sikap as-sakinah (tenang) dan al-waqar (tenang penuh Wibawa).
3. Namun, banyak orang tidak dapat membedakan antara as-sakinah dan al-waqar di satu sisi dengan al-kibr dan ‘ujub di sisi yang lain. Hal ini dikarenakan, hamper tidak ada perbedaan diantara dua kutub ini. Istilahnya beti (beda tipis) dalam hal penampilan, namun, sebenarnya kedua kutub ini perbedaannya sangatlah substansial. Menurut Imam Mawardi, ketidak mampuan manusia dalam membedakan diantara keduanya, dikarenakan mereka tidak mengatahui makna (substansi) keduanya.
4. Untuk menjelaskan perbedaan diantara dua kutub tadi (as-sakinah dan al-waqar di satu sisi, dan al-kibr dan ‘ujub di sisi yang lain), Imam Mawardi terlebih dahulu menjelaskan perbedaan antara al-kibr dan ‘ujub, yang menurut beliau
5. ‘Ujub itu terkait dengan jiwa dan kepribadian dan segala sesuatu yang dipandang sebagai nilai lebih yang ada pada jiwa dan kepribadian itu, semisal, wajah yang ganteng, tubuh tegap dan tegar dan semacamnya. Sementara
6. Al-kibr adalah segala sesuatu yang terkait dengan kedudukan dan yang terkait dengan ketinggian kedudukan tersebut, semisal, status sebagai aktifis, politisi, pejabat, pemimpin atau raja.
7. Sekali lagi, karena al-kibr dan ‘ujub merupakan sifat yang buruk, dan akibatnya, termasuk akibat siyasinya, sangat tidak baik, hendaklah seorang raja, atau pemimpin, atau pejabat atau politisi, membersihkan dirinya dari dua sifat ini.
8. Dan pada petuah-petuah mendatang, insyaAllah, Imam Mawardi akan menjelaskan hal-hal yang terkait dengan al-waqar dan as-sakinah
0 komentar:
Posting Komentar