Keputusan yang diambil oleh pemerintah untuk melakukan impor beras membuat petani kecewa. Impor beras ini merupakan bentuk kekacauan kordinasi elite pemerintah dalam menangani masalah pangan, buktinya BPS merilis data bahwa produksi beras th 2011 surplus 2,4% atau setara 1,59 juta ton beras.
Kementrian Pertanian menyatakan surplus beras 2,4 juta ton beras sehingga cukup untuk stok pangan nasional.
Namun Menteri Hatta Rajasa menginginkan impor beras dan Bulog juga sangat berminat untuk melakukan impor beras.
"Para pejabat sudah tidak jelas koordinasinya, kalau antar elite saja sulit berkordinasi dan belum saling percaya bagaimana rakyat percaya?” ungkap Riyono Sekretaris Jendral Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI).
Impor beras, masih kata Riyono, yang akan dilakukan oleh pemerintah seharusnya bisa dihindari jika elite bisa saling koordinasi dengan jelas dan tepat, ”Kenapa Menko Perekonomian tidak percaya dengan BPS?” tanya Riyono.
Menurut PPNSI recana impor beras ini akan memberikan dampak bagi kebaikan harga beras di berbagai wilayah, jelas ini juga memberatkan masyarakat dan bisa memicu para spekulan beras untuk terus mempermaikan harga beras sehingga tercipta kondisi pasar yg mendorong dilakukan operasi pasar, sehingga Bulog semakin mendapat angin segar melakukan impor beras.
"Perbaiki kinerja penyerapan gabah ke petani, sekarang saja masih jelek dan belum berpihak kepada petani," tambah Riyono.
Catatan PPNSI Indonesia selalu saja mengambil kebijakan instan soal beras ini, kenapa selalu harus impor? ”Logikanya, kalau kinerja Bulog baik dan data yg direlease BPS akurat saya yakin kita tidak perlu impor lagi dan impor lagi,” tutup Riyono.
0 komentar:
Posting Komentar